Ada sesuatu yang sedikit agak nyeleneh ketika berkunjung ke Stadion
Wilis di Kota Madiun, yaitu pedagang cemilan yang menyajikan minuman cendol
dengan batok kelapa. Kalau biasanya minum es dan sejenisnya menggunakan gelas, disini
penjualnya menggunakan batok kelapa sebagai sarananya. Makanya disebut “Dawet Batok”.
Didaerah lain minuman sejenis yang disediakan
menggunakan gelas atau mangkok kecil antara lain : Es Dawet Ketan dari
Semarang, Es Dawet Kemangi dari Ngawi, Es Dawet Ayu dari Banjarnegara, Es
Cendol Elizabet dari Bandung, Es Pisang Ijo dari Sulawesi Selatan, Es Cincau
dan Es Teler serta Es Selendang Mayang dari Jakarta, Es Dawet Ireng dari
Purworejo, Es Air Mata Pengantin dan Es Durian dari Padang dll.
Rasanya hampir sama dengan dawet lainnya,
tapi dawet batok kelapa disajikan dengan kombinasi cendol tepung beras dan tape
ketan hitam, sehingga rasa manis dan asam bercampur menimbulkan selera
tersendiri. Rasa manis yang timbul dari cendol ini berasal dari gula merah,
bukan sirop atau gula putih, makanya sensasi manisnya jadi agak smooth.
Kebanyakan penjaja dawet batok kelapa adalah
pedagang kakilima, sehingga mudah untuk menemukannya di berbagai penjuru kota
Madiun. Harga perporsinya pun sangat minimalis yaitu Rp 3.000, sehingga kalangan
masyarakat kelas manapun dapat menjangkaunya.
Walau minuman ini belum setenar minuman
lainnya, pasti suatu saat akan tampil didepan dan menjadi minuman yang digemari masyarakat, sebab
selain rasa dawet yang enak tape ketan hitamnya bikin badan jadi suegerrrrrrr.
Rasanya memanjakan dahaga membuat orang menikmati es cendol ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar