Dibeberapa instansi pemerintah kini sedang
dihembuskan kegiatan efisiensi, guna menghindari biaya tinggi. Terutama dalam
pengadaan, termasuk mencetak buku yang terkait dengan tugas instansi dimaksud. Tak
luput dari hal itu, di Bank Indonesia juga terjadi.
Dari hasil pemantauan dilapangan, hampir
setiap minggu barang-barang non arsip kiriman Satuan Kerja yang dimusnahkan di
Divisi Pengaturan dan Pengelolaan Kearsipan Bank Indonesia berisi buku-buku
hasil Kajian/Penelitian yang tebal, Brosur, Majalah Intern dan barang hasil
cetakan lainnya. Jumlahnya cukup signifikan, oleh karena itu dapat dibayangkan
berapa banyak pemborosan anggaran yang telah dilakukan.
Hal ini harus disikapi dengan bijak, sebab
tanpa terasa kalau dihitung sejak dahulu sudah berapa banyak biaya yang
dikeluarkan, berapa banyak pohon yang ditebang untuk menyediakan kertas yang
kita pergunakan hanya untuk membuat bacaan sesaat. Toh yang membaca buku-buku
dan cetakan yang diterbitkan nggak semua lapisan masyarakat, hanya masyarakat
tertentu yang terkait dengan tugas dan fungsi Bank Indonesia.
Sudah selayaknya dalam proses pembuatan buku,
atau barang cetakan lainnya kita harus memikirkan biaya dan bahan baku. Makanya jika ingin
membuat cetakan ukur dulu dengan akurat siapa yang akan diberi, sehingga
inefisiensi dapat dihindari.
Di jaman modern ini, untuk membuat berita
atau barang cetakan mudah dilakukan tapi faktor biaya juga harus dipikirkan.
Alangkah baiknya buku, barang cetakan dan dokumen tersebut dibuat dalam bentuk
digital yang jumlahnya terbatas, bisa disimpan dalam bentuk CD atau flashdisk.
Pada saat orang lain membutuhkan informasi yang kita buat, dengan mudah akan
mencopy-nya. Berbeda dengan buku atau informasi dalam bentuk hardcopy, jika ada yang membutuhkan
informasi tersebut maka harus mem-fotocopy yang juga menimbulkan biaya
tersendiri. Apalagi sekarang sudah ada Undang-undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) yang menjadi payung hukumnya,
yaitu Undang-undang nomor 11
tahun 2008.
Jika masih membentuk barang yang berupa cetakan,
kita sungguh sangat ketinggalan teknologi. Memanfaatkan teknologi berarti kita
berupaya menghemat pemakaian kertas (paperless)
dan mengurangi penumpukan sampah. Dengan menghemat kertas kita juga membantu
mengurangi polusi dan penggunaan energy yang berlebihan dalam proses produksi,
distribusi dan daur ulang kertas. Lebih penting lagi kita juga mengurangi
penebangan pohon-pohon yang diperlukan sebagai bahan baku kertas, sehingga bumi
kita menjadi lebih hijau.
Fasilitas teknologi yang diberikan oleh BI
kepada Pegawai sangat up to date,
jika membuat tulisan ataupun catatan dan lain sebagainya masih mengggunakan
kertas, maka kita harus meneliti kembali tulisan yang dibuat, untuk menghindari
pemborosan kertas karena pengulangan cetak. Kalau perlu gunakan telepon genggam
untuk mencatat hal-hal yang kiranya nggak penting, biasakan mengedarkan memo
secara on-line dikantor. Kemudia kita
nggak perlu lagi kirim ucapan Lebaran, Natal, Tahun Baru menggunakan fisik
kertas, cukup dengan on-line saja.
Bagi yang mnjadi nasabah bank, sebaiknya
minta kepada bank untuk mengirimkan rekening Koran bulanan secara digital
melalui Email atau sedapat mungkin gunakan mobile
banking atau internet untuk
bertransaksi.
Agar tak ketinggalan teknologi informasi di
jaman globalisasi ini, mulailah lakukan perubahan-perubahan kecil dengan
menghemat kertas dikantor, dirumah dan lingkungan sekitar. Hindari pemborosan
dengan perilaku yang kurang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar