Mandi adalah kebutuhan hidup manusia demi
menjaga kesehatan, agar badan selalu wangi dan juga segar. Oleh karena pada
tahun 1758 di kota Jogyakarta, Sri Sultan Hemengkubuwono I atau yang terkenal
dengan Pangeran Mangkubumi membangun
sebuah tempat pemandian yang bernama “Taman Sari” atau “Royal Water Castle” atau dalam bahasa jawanya “Pasiraman Umbul Binangun”.
Tujuan dari pembangunan pemandian tersebut
adalah untuk menyenangkan orang yang disayangi oleh sultan, terutama selirnya yang
berjumlah 40 orang, Sultan nggak memiliki istri atau permaisuri. Sejak Sri
Sultan Hamengkubuwono I s.d Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sultan tak memiliki
istri hanya selir. Sultan yang memiliki istri atau Permaisuri hanya Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang saat
ini menjadi Raja di keraton sekaligus menjadi Gubernur Daerah Istimewa
Jogyakarta.
Bangunan Taman Sari dibangun menghadap ke
barat atau arah kiblat, merupakan akulturasi gaya Eropa dan Asia, arsitekturnya
masih terlihat jelas dari beberapa bangunan yang style atapnya dari daerah ras kuning di Asia , serta ukiran dan
goresan dindingnya berhiaskan kepala barong. Sedangkan gerbang timurnya mirip
dengan beberapa bagunan yang ada di Eropa khususnya Portugis, ini karena arsitekturnya
adalah orang Portugis yaitu Demang Tegis. Kalau dilihat dari fakta itu, berarti
bahwa Kerajaan Mataram dulu adalah kerajaan islam, yang berbudaya campuran
China karena mempunyai hubungan baik dengan kerajaan di Mongolia, sedangkan
rakyatnya sedang berada dalam masa transisi dari budaya Hindu menuju budaya
Islam.
Sayang sekali gerbang depan (barat) bangunan
ini sudah tertutup rumah penduduk, sehingga bagi wisatawan yang akan
mengunjungi tempat ini, pintu masuknya adalah gerbang timur yang berhubungan
langsung dengan jalan menuju keraton . Dibagian tengah bangunan menurut cerita
Pak Warso, salah seorang Guide yang
ada disitu, dulunya adalah taman. Kini tempat tersebut telah dipenuhi oleh
rumah tempat tinggal yang pernah menjadi
abdi dalem keraton.
Taman Sari ini terletak di sebelah barat Keraton
Yogyakarta, sekitar 7 menit berjalan kaki dari komplek Keraton. Kompleks
ini semula memiliki 57 bangunan seperti : kebun, gapura, danau buatan, kolam
pemandian, kanal air, jembatan gantung, danau buatan, pulau buatan, dermaga juga
masjid dan lorong bawah tanah. Namun beberapa bangunan itu kini sudah tak utuh
lagi. Karena tergerus usia dan cuaca, juga karena beberapa kali gempa hebat
yang melanda kota Yogyakarta.
Taman Sari berarti taman yang Indah, dulu
merupakan taman yang benar-benar indah dan mutakhir yang terdiri dari tiga
kolam dengan pot-pot bunga yang besar.
Kolam itu adalah: Umbul Muncar untuk Putra-putri sultan, Umbul Binangun
untuk para Selir, Umbul Pamungkas khusus untuk mandi dengan selir terpilih.
Saat-saat mandi adalah saat yang sangat menegangkan
bagi selir-selir Sultan, bagaimana tidak ? sebab Sultan hanya berkenan mandi
bersama dengan seorang Selir. Sehingga menjelang Sultan mandi semua selirnya
berkumpul di kolam Umbul Binangun, lalu Sultan melemparkan bunga itu ketengah
kolam. Bagi Selir yang bisa menangkap bunga itu, maka saat itu adalah giliran
dirinya mandi bersama Sultan. Sedangkan Selir yang lain menunggu hingga saat
mandi berikutnya.
Selir yang mendapatkan bunga lalu diajak
Sultan menuju kolam Umbul Pamungkas, yang sebelumnya diajak mandi sauna
ditempat yang telah ditentukan. Oh ya…. sebelum mereka mandi sauna, Sultan dan
Selir memasuki ruangan khusus ganti pakaian. Sebab sebagai seorang Raja nggak
bisa sembarangan mengenakan pakaian, pihak kerajaan telah menentukan aturannya.
Taman sari dahulu selain sebagai tempat pasiraman (mandi) keluarga kerajaan, juga
dijadikan tempat bersantai, rekreasi, hiburan dan meditasi Raja. Didesain
sebagai sistem pertahanan yang unik. Oleh karenanya tempat ini juga dilengkapi
lorong rahasia untuk berlindung dan menyelamatkan diri. Sementara itu, air
ternyata tidak hanya untuk memperindah taman, tetapi juga sebagai senjata
rahasia menghindari bahaya saat musuh menyerang, Sultan dan keluarganya dapat melarikan
diri melalui lorong bawah tanah yang konon menghubungkan antara Keraton dan
Pantai Selatan sesaat kemudian gerbang air akan terbuka sehingga air akan
menggenangi musuh hingga tenggelam.
Dibagian sebelah utara terdapat dapur atau
Gedong Madaran, dimana tempat tersebut adalah tempat para abdi dalaem memasak
menu yang diinginkan Sultan. Nggak jauh dari Gedong Madaran terdapat tempat
Sultan bermeditasi, menurut para Guides
disitulah Sultan berkomunikasi dengan Nyi Roro Kidul. Namun sayangnya bagian
dalam tempat meditasi ini rusak terkena gempa tahun 2007.
Jika
tempat ini terawat dengan baik, sebenarnya Taman Sari merupakan salah satu
destinasi unggulan Jogyakarta. Terletak tak jauh dari Keraton dan pusat kota,
tempat ini merupakan istana air yang digunakan sultan untuk beristirahat dan
menyambut tamu. Selain itu, di dalam komplek Taman Sari juga terdapat masjid
bawah tanah, masjid yang unik dan menarik. Bayangkan pada tahun 1758 Bangsa
Indonesia sudah mampu membangun sebuah bangunan yang multiguna, dengan tembok
yang kokoh dan memiliki lorong-lorong yang cantik.
Masjid
ini mempunyai bentuk bangunan yang hebat, berbentuk melingkar dan memiliki dua
lantai. Lantai bawah digunakan untuk pria dan lantai atas digunakan oleh wanita
beribadah. Di setiap lantainya pun terdapat lubang-lubang sebagai tempat berdirinya
imam pemimpin salat. Di tengah bangunannya terdapat lima tangga untuk naik ke
lantai atasnya, yang bermakna jumlah waktu salat umat Islam. Di bawah tangganya
terdapat kolam yang dulu digunakan untuk berwudlu sebelum salat, kini kolam
tersebut tidak lagi terisi air. Bentuk bangunannya yang melingkar, menjadikan
suara akan bergema di dalam masjid. Ini merupakan teknologi yang digunakan oleh
masyarakat pada zaman dulu. Tidak perlu pengeras suara, suara imam akan
terdengar oleh semua jemaah.
Jika
berkunjung ke kota Jogyakarta, Taman Sari jangan dilewatkan begitu saja,
disamping bangunan dan aritekturnya bernilai seni serta sangat bersejarah,
didalamnya sangat fenomenal dan eksotis. Apalagi buat sobat yang suka
jeprat-jepret nuansa yang kharismatik, di situs inilah tempatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar