Oleh-oleh yang
identik dengan Jogja selain gudeg adalah bakpia. Di daerah Pathok banyak sekali
home industry produsen bakpia. Bakpia
berbahan asli isian kacang hijau, namun akibat selera pasar produsennya
menawarkan aneka bakpia kreasi baru dibuat dengan perpaduan berbagai macam
bahan.
Kok namanya bakpia,
aneh juga kenapa ya..? Nama bakpia,
gabungan antara bakpao dan kue pia. Kedua kue ini adalah makanan kegemaran penduduk
keturunan Tionghoa di Yogya. Dari
perpaduan kue tersbut akhirnya terciptalah bakpia yang kemudian terkenal hingga
saat ini.
Setelah menjadi kue
yang dirasa enak dan menarik, ditahun lima puluhan ada seorang keturunan menjajakan
bakpianya dari rumah ke rumah di sekitar Pathok, masyarakat tertarik. Kemudian
munculah berbagai macam bakpia dengan merek yang disesuaikan dengan nomor rumah
mereka di Pathuk. Ada Bakpia 145, Bapia 25, Bakpia 75, Bakpia 49, bahkan
sekarang sudah nggak pakai nomor rumah lagi tapi menggunakan merek tertentu,
disesuaikan dengan rasa dan isian bakpia.
Karena sudah sampai
diperkampungan bakpia, penasaran banget kalo nggak liat proses pembuatan bakpia
itu berlangsung. Maka aku mencoba untuk sedikit nakal dengan mengintip.
Tiba-tiba aku dihampiri oleh seorang karyawati wanita, namanya Mbak Suherti.
Wahhhh… Serta merta aku memohon ma’af, tapi di luar dugaanku malah diajak ke
dalam. Aku hanya tersenyum melas, wanita tadi mengarahkanku masuk lebih ke
dalam untuk melihat rangkaian proses pembuatan bakpia.
Karyawan dan karyawatinya
Jogja banget, baik dan ramah dalam mempersilahkan, menjelaskan serta
mengajarkan pembuatan bakpia. Di pabriknya, lokasi produksi dan pemasaran
berdampingan, sehingga aromanya begitu menyatu dengan rasanya yang gurih.
Apalagi disediakan pula hidangan tester
alias nyicipi gratis.
Manis, legit, harum,
dan gurih adalah kata yang sering terucap ketika pelanggan mencicipi kuliner
yang satu ini. Rasa manis dan legit tercipta dari campuran kacang hijau impor
dan gula sebagai isi bakpia. Sedangkan rasa gurih muncul dari kulit luar yang
terbuat dari adonan tepung, dicampur dengan minyak nabati yang kemudian
dipanggang menggunakan oven tradisional berbahan bakar areng.
Perpaduan rasa itu
menimbulkan kenikmatan tersendiri dalam setiap gigitannya. Seiring dengan
berkembangnya makanan ini dan banyaknya permintaan dari pelanggan, oleh sebab
itu home idustri Bakpia 25 memiliki pegawai tetap 40 orang mulai dari kasir,
marketing, hingga buruh yang tugasnya membuat bapkia. Kalau sedang peak season, seperti tahun baru dan
menjelang idul Fitri. Pegawainya mesti ditambah dengan pegawai lepas harian
karena permintaan meningkat.
Kini Bakpia tak
hanya berisi kacang hijau saja, telah berkembang dengan berbagai varian
isi. Beragam bakpia yang ditawarkan dengan harga bervariasi, namun tentu saja
kualitas juga berbeda. Bakpia kualitas baik hanya dibuat dengan bahan-bahan
terbaik sehingga awet nggak mudah rusak disimpan dalam waktu tertentu serta kenikmatan
rasanya nggak berubah.
Ingin mencicipi?
atau sekedar ingin tahu cara pembuatannya? Silahkan berkunjung ke Yogyakarta khususnya
ke daerah Phatok, buktikan kelezatannya. Perpaduan budaya dan industri rumah
tangga, menjadikan bakpia buah tangan yang wajib dibeli.
kami dri manado pingin kesana gimana caranya
BalasHapus