Selasa, 19 Januari 2016

Surat Rindu Buat Anak-anakku

Aku tuliskan surat ini atas nama rindu kepadamu anak-anakku, yang sesungguhnya bukanlah milikku, melainkan milik Allah SWTpenguasa dan pemilik alam ini.



Anakku menjadi orangtua, itu sangatlah indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu duhulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun pernah ku-temui.

Anakku, menjadi orangtua sangat terhormat. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul terdahulu, dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya. Meskipun demikian, ketahuilah Anakku, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi ku akui, betapa sepanjang masa kehadiranmu disisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas orangtua terhadapmu.

Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan denganNya saat aku bermunajat padaNya. Anakku  saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau sudah makin beranjak dewasa, timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya.



Engkau bukan milikku, atau milik ibu-mu. Engkau lahir karena cintaku dan cinta ibu-mu. Tapi, Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hak-ku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan, Allah yang telah menciptakanmu. Kebahagiaanku, jika engkau telah mengabdi dengan tulus kepadaNya sebagai bentuk rasa syukurmu kepadaku.

Anakku…  sedih, pedih, dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam yang sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh-penuh air mata menetes dihadapan Tuhan. Syukurlah, penyesalan itu telah mencerahkanku dan ibumu, untuk menjadikan kami yang terbaik bagimu. Sejak saat itu, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya, yaitu Allah SWT.

Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena-Nya, bukan karena aku dan ibu-mu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai oleh Tuhan. Inilah usaha terberatku Anakku, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan dan perintah Tuhan, agar perjalananmu mendekati-Nya tak lagi terlalu sulit.



Kemudian kita pun memulai perjalanan itu bersama, tak pernah engkau ku-hindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain untuk semakin kuat dan tegar. Saat engkau mengeluh letih berjalan, ku kuatkan engkau, karena kita memang tak boleh berhenti,  maka aku berharap dirimu belajar, dan belajarlah untuk masa depanmu. Masa depanmu ada ditanganmu sendiri. Kesuksesanmu merupakan kebahagiaan orangtuamu.

Jangan pernah berhenti untuk belajar dan berjuang anak-anakku, tak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini jika kita lakukan dengan serius dan kerja keras. Insya Allah, sukses hanya menunggu waktu. Begitulah kata-kata yang sering aku dengarkan dari Pak Uztad saat aku masih kecil kala mengaji, agar aku kuat dan tidak pernah mengeluh dalam berjuang untuk meraih masa depan. Alhamdulillah…. ternyata, ibumu dan aku telah mempu menjalani itu semua. Ingatlah… perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti, anakku. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa dalam menempuh perjalanan hidup ini. Allah SWT telah memberikan kita kekuatan dan ketabahan untuk itu.

Akhirnya kalau nanti ketika semua manusia dikumpulkan dihadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari-Nya, karena aku telah berbuat yang terbaik untukNYA, aku akan terima dengan hati yang ikhlas. Karena mungkin seperti itulah aku di dunia ini dalam pandangan Allah. Aku yakin Allah SWT akan mencintai dan menyayangiku, seperti aku telah berusaha untuk mengikuti segala perintahNya. Anakku kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Allah SWT pemilikMU yang sesungguhnya. Aku akan sangat bangga Anakku, karena itulah bukti bahwa semua titipanNYA bisa aku kembalikan kepada pemiliknya dengan sempurna.

Semoga surat ini menjadi renungan dan tausiyah untukmu dan untuk “anak-anak” lain dalam menjalani hidup ini, yang suatu hari kelak, kita semua akan kembali menghadapNYA.  Amiiin, peluk sayang dan cinta…. dari  papa dan mama.(Variyaka Blog)


2 komentar: