Rabu, 01 Januari 2014

Antri Makanan

Hampir setiap ada acara ramah tamah di sekitar  area Plaza Air Mancur di kantorku yang disediakan makanan, baik itu sarapan atau makan siang. Seperti yang tadi pagi Tahun Barua-an.  Banyak sekali yang antri  makanan diantara gubuk-gubuk hidangan yang tersedia. Ada siomay, bakso, mie ayam, kikil lontong, ikap kakap rica-rica,  atau makanan berat lainnya, termasuk digubuk jus buah dan kue-kue.


Pagi ini aku senang dan bahagia karena rekans Pegawai yang mau makan, antri dengan tertib dan teratur. Nggak berdesak-desakan seperti biasanya. Nggak tau apakah ini karena jumlah Pegawai berkurang coz migrasi ke OJK, atau karena pembagian gubuk-gubuk makanan yang tersebar banyak di Lobi Gedung MSP dan Gedung MRP, atau sudah timbul kesadaran untuk berlaku baik.


 Terakhir pas perayaan HUT BI, miris aku melihatnya, begitulah pekik hatiku.  Karena Pegawai yang datang berbondong-bondong, mengantri makan. Jika tertib dan sopan sih nggak masalah, namun yang bikin hati nelongso ada pegawai yang antri makan sambil dia pegang piring berisi makanan dan makan diantrian. Rasanya koq kurang elok dan nggak sopan, sepertinya mereka takut kehabisan, aji mumpung atau sorry, kemaruk!. Padahal mereka sudah pasti berpendidikan tinggi, berpenghasilan layak dan bisa menikmati itu semua dengan uangnya sendiri di luar, tidak perlu mempermalukan dirinya sendiri untuk beberapa cuil makanan.




Barangkali  berhubung berangkat dari rumah belum pada makan, atau memang disiapkan perut kosong sebelum pergi ke acara, kita berlapar lapar dahulu, berkenyang-kenyang kemudian.  Nah kalau acara yang dihadirinya dan prosesinya memakan waktu lama, bukankah perut tambah lapar?  Sebab itu antrian berdesakan, dorong-dorongan. Nyerobot antrian, berebutan sudah menjadi hal lumrah di acara begini.  Biarpun antriannya adalah bakso dan sop kikil yang jika kesenggol dikit, bisa terguyur kuah panas, siapa peduli?. Sudah elu-elu gue-gue  kalau begini.  Lha, beda beda tipis sama antrian beras miskin, dan kaum dhuafa yang menerima zakat dibulan ramadhan.


         Kalau cara berpakaian kerja di BI sudah ada buku panduannya, untuk makan belum. Tapi kita pasti sudah diajarin oleh orangtua kita untuk berlaku sopan, baik dalam berbicara, bersikap, makan, naik lift, menghormati yang lebih tua dll.  Cobalah dipikir lagi, kita ini warga BI. Mestinya  kita malu diri sedikit. Kan Pegawai BI yang organik dan kaum THOS bukan-lah orang orang berkeadaan khusus yang makan enak cuma setahun sekali di hari raya, atau yang hidup segan mati tak mau. Iya kan? Pantas dong, kalau kita beradab sedikit, dan mengantri dengan tertib?  Malu juga deh dengan baju keren yang kita kenakan, intelek, terpelajar, kalau tak menunjukkan kelas sejati kita.  


Aku penasaran, apakah perilaku seperti ini sebenarnya ini memang naluri semua orang, tanpa pandang bulu dan bangsa?  Ataukah ini lebih kepada kecenderungan budaya dan kebiasaan kita yang berubah di BI.  Kita warga BI seharusnya menjadi mahluk sosial yang bertanggung jawab sosial tinggi, dan itu nggak sulit. Jika kita terbiasa menggunakan self-check.  Tanya diri sendiri, malukah kita saat antri makanan jika disamakan dengan antri raskin? Jika sampai ada orang luar yang melihat, maukah kita menanggung malu akibat perbuatan yang kurang beretika?  Nggak kan..!  Maka selayaknya kita tunjukkan jati diri  sebagai seorang berkelas dengan mendahulukan citra dan reputasi Bank Indonesia selain kepentingan perut sendiri.   


 Mudah-mudahan kedepan prilaku tertib ini akan terus berlanjut diberbagai acara termasuk acara di KPw, begitulah semestinya perilaku warga BI. Dimanapun kita harus selalu tertib, makan secukupnya, dan nikmati kepuasan batin menjadi seseorang yang sensitif dan toleran terhadap orang lain.  Percayalah, kita sendiri yang akan memetik buah hikmahnya. So jika ada acara makan seperti lagi ini mari kita antri dengan lebih tertib dan sopan, tunjukkan jika kita beretika dan berpendidikan. Selamat Makan..!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar