Rabu, 26 Agustus 2015

Efisiensi dan Efektifitas Kerja

Tujuan utama dalam mempelajari manajemen ialah guna memperoleh suatu cara atau metode yang sebaik-baiknya dilakukan, agar dengan sumber-sumber yang sangat terbatas (modal, tenaga kerja, sarana, prasarana, bahan-bahan, metode kerja, waktu) dapat diperoleh hasil yang sebesar-besarnya. Atau dengan menggunakan dana seminim-minimnya untuk memperoleh hasil guna yang optimal.



Dengan kata lain efisiensi ialah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluar (output) atau antara daya usaha dan hasil . Efektivitas ialah pencapaian tujuan yang dikehendaki tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, pikiran, alat-alat yang telah digunakan. Jadi yang dipentingkan adalah hasil dan tujuan tanpa memperdulikan faktor yang telah dikeluarkan betapapun besarnya. Oleh karna itu bisa dimengerti bahwa apa yang dianggap efektif belum tentu efisien. Sebaliknya kegiatan yang dijalankan secara efisien pasti efektif, karena dalam upaya pencapaian tujuan senantiasa didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan yang cemat.

Sungguh sukar dibayangkan bila ingin mencapai sesuatu yang dikehendaki hanya berpegang pada salah satu prinsip saja apakah efisien atau efektif. Karna prinsip manapun dipilih, tidak akan memberikan kepuasan. Itulah sebabnya mengapa pada setiap usaha pencapaian sasaran selalu diupayakan secara efisien dan efektif. Artinya mendapat hasil yang dikehendaki secara efektif dengan jalan memanfaatkan segenap dana dan daya serta sumber-sumber lain secara efisien.



Seringkali buruh ataupun pekerja secara individu merasa tidak puas dan resah. Hal ini disebabkan karena buruh ataupun pekerja disamakan dengan sebuah mesin yang efisiennya bisa dikalkulasikan secara ilmiah. Sedangkan efisiensi kerja ini sering dipengharuhi oleh sarana fisik antara lain adanya gerakan fisik yang tidak efektif dan berlebihan.

Maka  darii tu buruh atau pun pegawai menjadi tidak efisien. Kelelahan dianggap sebagai “PUNCAKNYA” kondisi fisiko khemis dari tubuh yang diakibatkan oleh produksi-produksi yang berlebihan, sehingga perlu istirahat. Lalu adanya kekurangan pada lingkungan fisik dalam bentuk cahaya lampu yang kurang terang, udara yang pengap, terlalu lembab, kurang ventilasi, ruang gerak yang kurang luas, upah minimum, dan kekurangan kondisi fisik lainnya.

Namun dari pengalaman manapun penelitian-penelitian para pakar-pakar manajemen ternyata masih banyak lagi faktor lain yang lebih besar pengaruh dari kondisi fisik yang biasa mempengaruhi efisiensi kerja. Misalnya masalah emosi dan sikap pegawai/buruh terhadap tugas pekerjaannya dan terhadap tim kerja ataupun kelompok kerja. Misalnya  dengan pendekatan dan ajakan partisipasi aktif , seorang manajer berhasil menyusun tim kerja yang baik oleh pendekatan dan ajakan partisifasi aktif, seorang manajer berhasil menyusun tim kerja yang baik. Oleh pendekatan secara langsung dari manajer tadi, semua orang dari tim tersebut merasa “TERANGKAT” sehingga masing-masing  menjadi lebih bertanggugjawab terhadap tugas dari pada waktu sebelumnya.



Sikap mereka berubah secara total yaitu dari anggapan bahwa masing-masing orang secara individu doperlukan sebagai “ONDERDIL MESIN”, berubah menjadi satu tim yang saling bekerja sama dan bersedia membantu perusahaan dalam memecahkan suatu masalah rumit, yaitu meningkatkan produksi. Dalam suasana kerja sama tersebut masing-masing orang akan menemukan stabilitas,  merasa dianggap sebagai warga dan bisa kerja dengan senang hati. Sehingga meraka rela bekerja lebih keras dan lebih baik dari pada semula. Jelas bahwa disamping fungsi ekonomisnya, perusahaan mempunyai fungsi sosial yaitu menciptakan dan mendistribusikan kepuasan manusiawi dan kesejahteraan.

Buruh itu biasanya lebih memberatkan masalah relasi dengan teman sekerja dari pada jumlah uang yang diterima. Gaji besar belum tentu biasa menjamin kepuasan batin. Realitas menunjukan bahwa para pekerja pada dasarnya secara primer tidak melulu dikuasi motif ekonomis saja. Sebab dibalik perencanaan semua bonus dan efisiensi, para buruh dan pegawai itu dikuasi oleh dorongan batiniah yang sangat kuat untuk  mencari suatu tempat yang menyenangkan untuk dipakai sebagai alas berakar, mencari sekuritas untuk diterima menjadi bagian bagian yang terintegrasi dari satu unit, dan bisa berfungsi atau memainkan suatu peran sosial tertentu. Disitulah dia bisa menemukan arti dari pada karya/kerjaannya dan menghayati makna dari hidupnya.


   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar