Tujuan utama dalam mempelajari manajemen
ialah guna memperoleh suatu cara atau metode yang sebaik-baiknya dilakukan,
agar dengan sumber-sumber yang sangat terbatas (modal, tenaga kerja, sarana,
prasarana, bahan-bahan, metode kerja, waktu) dapat diperoleh hasil yang
sebesar-besarnya. Atau dengan menggunakan dana seminim-minimnya untuk
memperoleh hasil guna yang optimal.
Dengan kata lain efisiensi ialah perbandingan
yang terbaik antara masukan (input)
dan keluar (output) atau antara daya
usaha dan hasil . Efektivitas ialah pencapaian tujuan yang dikehendaki tanpa
menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, pikiran, alat-alat yang telah
digunakan. Jadi yang dipentingkan adalah hasil dan tujuan tanpa memperdulikan faktor
yang telah dikeluarkan betapapun besarnya. Oleh karna itu bisa dimengerti bahwa
apa yang dianggap efektif belum tentu efisien. Sebaliknya kegiatan yang
dijalankan secara efisien pasti efektif, karena dalam upaya pencapaian tujuan
senantiasa didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan yang cemat.
Sungguh sukar dibayangkan bila ingin mencapai
sesuatu yang dikehendaki hanya berpegang pada salah satu prinsip saja apakah
efisien atau efektif. Karna prinsip manapun dipilih, tidak akan memberikan
kepuasan. Itulah sebabnya mengapa pada setiap usaha pencapaian sasaran selalu
diupayakan secara efisien dan efektif. Artinya mendapat hasil yang dikehendaki
secara efektif dengan jalan memanfaatkan segenap dana dan daya serta
sumber-sumber lain secara efisien.
Seringkali buruh ataupun pekerja secara
individu merasa tidak puas dan resah. Hal ini disebabkan karena buruh ataupun
pekerja disamakan dengan sebuah mesin yang efisiennya bisa dikalkulasikan
secara ilmiah. Sedangkan efisiensi kerja ini sering dipengharuhi oleh sarana fisik
antara lain adanya gerakan fisik yang tidak efektif dan berlebihan.
Maka darii tu buruh atau pun pegawai menjadi tidak
efisien. Kelelahan dianggap sebagai “PUNCAKNYA” kondisi fisiko khemis dari
tubuh yang diakibatkan oleh produksi-produksi yang berlebihan, sehingga perlu
istirahat. Lalu adanya kekurangan pada lingkungan fisik dalam bentuk cahaya
lampu yang kurang terang, udara yang pengap, terlalu lembab, kurang ventilasi,
ruang gerak yang kurang luas, upah minimum, dan kekurangan kondisi fisik
lainnya.
Namun dari pengalaman manapun
penelitian-penelitian para pakar-pakar manajemen ternyata masih banyak lagi faktor
lain yang lebih besar pengaruh dari kondisi fisik yang biasa mempengaruhi
efisiensi kerja. Misalnya masalah emosi dan sikap pegawai/buruh terhadap tugas
pekerjaannya dan terhadap tim kerja ataupun kelompok kerja. Misalnya dengan pendekatan dan ajakan partisipasi aktif
, seorang manajer berhasil menyusun tim kerja yang baik oleh pendekatan dan
ajakan partisifasi aktif, seorang manajer berhasil menyusun tim kerja yang
baik. Oleh pendekatan secara langsung dari manajer tadi, semua orang dari tim
tersebut merasa “TERANGKAT” sehingga masing-masing menjadi lebih bertanggugjawab terhadap tugas
dari pada waktu sebelumnya.
Sikap mereka berubah secara total yaitu dari
anggapan bahwa masing-masing orang secara individu doperlukan sebagai “ONDERDIL
MESIN”, berubah menjadi satu tim yang saling bekerja sama dan bersedia membantu
perusahaan dalam memecahkan suatu masalah rumit, yaitu meningkatkan produksi.
Dalam suasana kerja sama tersebut masing-masing orang akan menemukan
stabilitas, merasa dianggap sebagai
warga dan bisa kerja dengan senang hati. Sehingga meraka rela bekerja lebih
keras dan lebih baik dari pada semula. Jelas bahwa disamping fungsi
ekonomisnya, perusahaan mempunyai fungsi sosial yaitu menciptakan dan
mendistribusikan kepuasan manusiawi dan kesejahteraan.
Buruh itu biasanya lebih memberatkan masalah
relasi dengan teman sekerja dari pada jumlah uang yang diterima. Gaji besar
belum tentu biasa menjamin kepuasan batin. Realitas menunjukan bahwa para
pekerja pada dasarnya secara primer tidak melulu dikuasi motif ekonomis saja.
Sebab dibalik perencanaan semua bonus dan efisiensi, para buruh dan pegawai itu
dikuasi oleh dorongan batiniah yang sangat kuat untuk mencari suatu tempat yang menyenangkan untuk
dipakai sebagai alas berakar, mencari sekuritas untuk diterima menjadi bagian
bagian yang terintegrasi dari satu unit, dan bisa berfungsi atau memainkan
suatu peran sosial tertentu. Disitulah dia bisa menemukan arti dari pada
karya/kerjaannya dan menghayati makna dari hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar