Komunikasi yang baik dapat menciptakan dan
memelihara kerjasama yang baik, sebaliknya komunikasi yang tidak berlangsung
secara efektif dapat menjadi sumber konflik dalam organisasi. Oleh karena itu
komunikasi yang efektif merupakan prasyarat dasar tercapainya tujuan organisasi
yang telah ditentukan.
Dalam organisasi, komunikasi yang paling
banyak terjadi adalah antara seorang atasan dengan bawahannya. Hal ini
disebabkan oleh berbagai alasan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas sehari-hari, baik komunikasi
yang diprakarsai oleh atasan maupun bawahan.
Agar komunikasi tersebut berjalan lancar
masing-masing pihak perlu memperhatikan aspek yang terkait, sebab tujuan komunikasi
adalah meningkatkan prestasi kerja. Maka seharusnya kumunikasi dimaksud tidak
untuk menyerang atau menjelekan yang bersangkutan, melainkan ditujukan kepada
segi-segi pelaksanaan tugas. Dengan demikian, bawahan akan apresiasi terhadap
atasan karena mempunyai itikad baik.
Informasi yang disampaikan dalam komunikasi
hendaknya bersifat spesifik, sehingga dapat dipahami yang bersangkutan.
Informasi yang bersifat umum akan menimbulkan berbagai interpretasi yang justru
menciptakan masalah baru. Informasi yang disampaikan juga harus bersifat deskriptif
bukan evaluatif, sebab informasi yang bersifat deskriptif dinilai lebih obyektif. Sedangkan informasi yang bersifat
evaluatif diwarnai oleh pertimbangan-pertimbangan subyektif, sehingga sulit
diterima.
Dalam hal atasan memberitahukan kelemahan
bawahan, harus disertai solusi permasalahan yang dihadapi. Sehingga bawahan
merasa dibimbing, dilindungi dan dibantu tugasnya. Informasi mengenai sesuatu
hal hendaknya secepatnya disampaikan, sehingga yang bersangkutan segera
melakukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Hal ini menimbulkan kesan
bekerja cepat dan memperhatikan kepentingan orang lain.
Atasan sejauh mungkin memperhatikan kesediaan
atau kepentingan bawahan, apabila akan memberikan tugas. Agar bawahan merasa
diperhatikan harkatnya dan tidak diperlakukan semena-mena, serta dapat meningkatkan
motivasi dalam bekerja. Perintah atau umpan balik harus disampaikan dengan bahasa
yang jelas dan simpatik untuk mengurangi terjadinya interpretasi yang berbeda
dan mencegah distorsi. Pemahaman dapat merupakan syarat penting bagi
berfungsinya komunikasi secara efektif.
Informasi hendaknya dapat dipercaya, agar
tidak terjadi respon yang salah. Antara atasan dan bawahan harus saling percaya
mempercayai, sehingga komunikasi berlangsung tanpa kecurigaan dan penuh
kerjasama. Kesamaan persepsi atasan dan bawahan sangat penting demi terciptanya
komunikasi, perbedaan persepsi cuma menghasilkan tindakan yang tidak perlu.
Dalam komunikasi antara atasan dan bawahan,
tidak seharusnya menonjolkan status yang lebih tinggi, guna menghindari
perasaan kensenjangan. Sebab komunikasi sangat tergantung pada perilaku dan
pengertian semua pihak. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan kepada
bawahan dengan mempertimbangkan latar belakang pendidikannya, latar belakang sosial,
pengalaman dan beban tugas yang dipikul. Yang tercermin dari dirinya pada
persepsi, sikap, tindak tanduk dan perilaku yang bersangkutan. Komunikasi seperti
ini dapat mempengaruhi perilaku motivasi bawahan secara positif, bahkan dapat
mengubah dalam meningkatkan prestasi yang bersangkutan.
Di Bank Indonesia sendiri umumnya komunikasi
telah berjalan cukup baik, namun masih terdapat hal-hal yang perlu mendapat
perhatian, terutama komunikasi dua arah. Sebab dalam kegiatan seharihari
komunikasi dua arah yang terjadi cenderung didominasi komunikasi vertikal dari
atas kebawah melalui perintah, instruksi, petunjuk, nasehat, teguran. Kalaupun
terjadi komunikasi dari bawah keatas, perannya sangat terbatas. Hanya
berkisar dalam bentuk laporan, itu pun
kadang-kadang kurang mendapat tanggapan dari pihak atasan.
Pihak atasan sebenarnya menyadari pentingnya
arti komunikasi dua arah, bahkan pada setiap kesempatan selalu dianjurkan
adanya komunikasi dua arah tersebut. Namun karena kesibukan atasan, maka proses
komunikasi dari bawah keatas kurang berjalan lancar, sehingga kehilangan
maknanya. Hal lain komunikasi yang diprakarsai bawahan tidak mendapatkan yang
diharapkan, karena yang disampaikan cenderung berbunyi ASAL BAPAK SENANG (ABS).
Ini disebabkan karena atasan selalu menunjukan bahwa ia tidak senang menerima infomasi
yang kurang menguntungkan.
Kadang-kadang dijumpai komunikasi atasan
dengan bawahan terasa kaku dan terbatas, pihak bawahan enggan membantah dengan
menyampaikan informasi yang sebenarnya, serta tak bersedia mengambil keputusan
yang beresiko. Hal demikian tentu tidak mengakibatkan terjadinya komunikasi
yang baik, pada akhirnya hanya akan merugikan pihak-pihak yang bersangkutan dan
merugikan lembaga secara keseluruhan.
Dari berbagai hal tersebut diatas, sudah
seharusnya atasan melakukan introspeksi dirinya sendiri dan melakukan analisa
terhadap bawahannya mengenai strength,
weakness, opportunity dan threat
dari bawahannya. Introspeksi ini ditujukan untuk meneliti profile motivasi diri
sendiri maupun bawahan, guna melakukan self
assessment. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan dorongan yang kuat
untuk mencapai kesuksesan dengan cara yang baik dan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar