Sabtu, 29 Agustus 2015

Wisuda Awal Perjuangan Masa Depan

Hari yang dinanti akhirnya terwujud, anak sulungku “TUBAGUS ARDHANI RESWARA”, Sabtu 29 Agustus 2015 diwisuda dalam Sidang Terbuka Universitas Indoneisa, di Balairung Kampus UI Depok. Setelah menyelesaikan kuliah Program Magister Manajemen Komunikasi. Deny begitu nama panggilan sehari-harinya, menyelesaikan kuliah magister untuk meraih gelar MSi selama 2 tahun. Hal tersebut sangat berkesan banget kareana lulus wisuda S2 butuh waktu yang nggak cuma sebulan dua bulan, butuh duit yang nggak sejuta dua juta, butuh tenaga dan meres otak dengan serius.



Akhirnya satu tahapan perjuangan telah dilaluinya, dan awal perjuangan baru ada dihadapannya untuk mengabdi tebarkan ilmu ke intelektulannya pada negara dan masyarakat. Dengan semangat yang tinggi aku menghadiri acara ini, sebab sebagai seorang ayah yang ketiga anaknya telah menjadi sarjana, bahkan sebagai orang yang berkerja di Bank Indonesia, aku sama sekali belum merasakan bagaimana rasanya di wisuda. Karena sekolahku cuma lulus SMA, yang nggak ada acara wisudanya. Makanya  seumur hidup aku belum ngerasain di wisuda, mungkin itulah yang aku rasakan sehingga mengapa anak sekolah dasar bahkan sekolah taman kanak-kanak, juga mengadakan wisuda.

Wisuda anak selain membuat bangga juga bikin ribet, itulah pernah ku alami saat ketiga anakku di wisuda menjadi sarjana. Harus menyiapkan biaya pastinya, lalu menyiapkan tetek bengek perlengkapan yang terkait masalah wisuda termasuk pakaian daerah dan toga. Belum lagi terbayang acara upacaranya yang panjang dan melelahkan, menyaksikan ribuan orang satu per satu menerima map yang cuma maju ke panggung acara sekitar 10 detik. Tapi nggak apa kok… semua itu harus kulakukan demi kebanggaan seorang ayah, yang anaknya menggunakan toga S2. Padahal dikantor aku cuma pegawai rendahan yang pangkatnya sudah mentok, karena nggak kuliah.

Datang ke acara sengaja mepet waktu, di sekitar komplek kampus UI Depok sudah mulia macet,  buat memarkirkan mobil saja susahnya setengah mati. Pas masuk kedalam ruangan acara, rombongan Pembesar Universitas masuk, kelihatan disitu Rektor, Mahaguru, Dekan, Pejabat Rektorat serta pejabat teras universitas berjalan diiringi musik yang disajikan secara live. Mereka seperti para dewa yang sedang konvoi, anggun sekali dengan toga warna hitam, ber-asesoris warna warni cetar membahana.



Upacara dibuka oleh sambutan Rektor, setelah melalui beberapa rangkaian  acara para wisudawan maju kedepan untuk menerima ijazah. Karena aku datang belakangan mepet waktu, jadi dapat tempat duduk yang paling belakang. Namun karena teknologi semakain canggih, aku dapat melihat jalannya prosesi wisuda dari monitor yang dipajang disekeliling Balairung dengan jelas. Oh ya saat wisudawan terbaik diberi ijazah, gambar orangtuanya pun di shoot live terus terpampang dilayar. Orangtua yang bukan wisudawan terbaik, sorry ya nggak di shoot karena nggak penting. Makanya aku langsung bilang ke adiknya Deny, nanti kakalu kuliah lagi jadilah wisudawan terbaik, biar papa dan mama di close up gambarnya, so satu gedung bisa ngeliat tampang orangtuamu. Hik..hik..narsis abissss.!

Ahhhh tapi nggak juga, aku nggak mau anakku seperti itu. Emangnya kalau jadi wisudawan terbaik dan punya IPK tinggi, kan belum tentu punya akhlak yang tinggi. Biarin biasa-biasa aja yang penting anakku bermoral baik dan akhlakul kharimah, mulia, dan shaleh. Lagian juga aku bilang ke Deny nanti kalau sudah kembali kekantor jadilah pegawai yang baik, berdedikasi, loyal dan berintegritas. Sebab sekarang banyak sekali sarjana yang ada diberbagai kantor kerjanya cuma duduk-duduk, kalau ada waktu senggang main gaple, ngobrol yang nggak penting dan main game di computer. Banyak sarjana yang nggak jujur dan nggak punya integritas, banyak juga sarjana yang korupsi sebab waktu kuliah bapaknya mungkin ngebiayain anaknya pake uang yang nggak halal.

Mudah-mudahan anakku Deny menjadi orang yang berguna, yang dapat memutus kemiskinan dan kebodohan dalam keluarga. Kue dalam kotak yang diberi oleh Panitia siang itu menjadi perlambang bahwa untuk meyekolahkannya perlu perjuangan dengan berhemat, kegigihan dan kasih sayang keluarga. Makanya wisuda Deny kali ini nggak perlu dirayain dengan berlebihan, hanya ucap syukur yang kupanjatkan pada Allah SWT. Semua harus lebih sederhana, apa adanya namun tetap nggak kehilangan makna. Apalagi mengingat pesan Rektor-nya saat sambutan tadi, bahwa semangat membangun bangsa harus diwujudkan dengan kontribusi dalam memberantas korupsi, memperkecil ketimpangan ekonomi dan beretika sosial, serta meningkatkan kompetensi dan profesionalitas agar mampu bersaing dimasa depan, baik nasional maupun global.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar