Pengembangan
sumber daya manusia adalah suatu proses sitematis untuk mengubah kemampuan
serta perilaku Pegawai kearah peningkatan pencapaian tujuan organisasi. Program
ini biasanya dilakukan oleh pihak manjemen untuk memberikan kesempatan kepada
Pegawai memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan serta perubahan
perilaku/sikap yang lebih baik dalam melakasanakan pekerjaan. Di Bank Indonesia
(BI) program pengembangan ini lebih dikenal dengan istilah Pendidikan Mutu
Ketrampilan (PMK).
Berbagai
jenis pengembangan sumber daya yang dapat dilakukan antara lain training, baik yang dilakukan di dalam
kelas maupun pendidikan praktek kerja-on
the job training(OJT). Pendidikan didalam kelas merupakan pendidikan
klasikal dimana seorang pengajar berhadapan dengan sejumlah peserta dalam
kelas. Sedangkan OJT dilakukan apabila peserta diterjunkan untuk belajar di
Satuan Kerja (Satker), mengenai pekerjaan yang dilakukan di satuan kerja
bersangkutan.
Selain
dari itu ada juga berupa coaching,
yaitu upaya seorang atasan untuk mendidik dan mengembangkan bawahan dalam
penguasaan pekerjaan dalam sebuah unit kerja secara berkesinambungan. Lalu ada
lagi Counseling yang merupakan upaya
untuk merubah watak, sikap atau perilaku Pegawai yang negatif menjadi positif,
serta dapat menunjang pencapaian tujuan organisasi dengan sebaik-baiknya.
Ada
juga pengembangan peningkatan pengetahuan Pegawai yang dilakukan dengan
melakukan job rotation, yang
dilaksanakan melalui pertukaran bidang tugas masih dalam satu Satker. Serta Job mutation yaitu melakukan
pengembangan SDM Pegawai melalui penambahan pengalaman di bidang tugas lain
dengan cara pemindahan Pegawai ke Satker yang berbeda.
Pengembangan
SDM dengan berbagai cara demikian selain diperlukan bagi kepentingan lembaga,
tidak terlepas dari kepentingan individu Pegawai sebagai anggota dari lembaga
yang bersangkutan. Kepentingan lembaga bisa dilihat dari pencapaian
produktifitas, keuntungan, pencapaian tujuan dan perluasan usaha. Kepentingan
individu Pgawai dapat diamati dari kepuasan kerja, perasaan keamanan,
pengembangan diri serta integrasi pekerjaan dan keluarga.
Secara
ideal, pencapaian kepentingan lembaga harus sejalan dengan kepentingan individu
Pegawai. Perpaduan kepentingan secara menguntungkan bagi kedua belah pihak
dikenal dengan istilah harmonisasi. Proses tersebut berupa pemanfaatan SDM,
pengembangan, kesempatan berprestasi, penilaian prestasi, kepastian jenjang
karir dan promosi.
Dari
proses harmonisasi, dapat dilihat bahwa dalam menilai keberhasilan atau
kegagalan pencapaian kepentingan lembaga dan individu Pegawai, perlu alat
pengukurterhadap peranan dari individu Pegawai yang tercermin dalam prestasi
kerja. Dengan kata lain lembaga harus mempunyai alat pengukur prestasi kerja
pegawainya. Oleh karena pegawai yang bekerja dalam suatu lembaga pada umumnya
tidak dalam suatu jangka yang pendek, bahkan bisa puluhan tahun. Maka dari
waktu ke waktu kemampuan dan perilaku pegawai selalu harus dikembangkan melalui
cara-cara training, coaching, counselling dan sebagainya.
Kemampuan
perilaku tersebut diukur secara berkala dengan membandingkan antara perestasi
yang telah dimiliki seorang pegawai dengan standar kerja yang telah ditetapkan
lembaga untuk setiap tugas. Mengapa standar kerja perlu ditetapkan..? Karena
tidak ada sesuatu yang baik atau buruk, kerap atau jarang, menguntungkan atau
merugikan, cepat atau lambat. Sebab standar merupakan pernyataan keadaan yang
akan ada apabila suatu tugas atau tanggung jawab dinilai memenuhi syarat.
Standar juga merupakan batas minimum dapat diterimanya suatu prestasi, jika
dibawah merupakan kegagalan namun jika diatas maka itu adalah keberhasilan.
Pegawai
pasti menyadari bahwa setiap aspek yang dikerjakan, tidak akan masuk dalam penilaian
prestasi jika hal itu tidak tercakup dalam standar atau tercakup dalam standar
namun sudah usang. Dengan standar yang baik maka pengukuran prestasi akan lebih
terarah dan ojeltif. Dan dengan membandingkan prestasi vs standar, dapat
diidentifikasikan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia untuk kepentingan
lembaga dan individu bersangkutan.
Untuk
memperoleh hasil yang baik dalam mengembangkan suatu sistem yang terkait sumber
daya, maka harus diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1.
Tentukan program yang cocok dengan suasana
organisasi, harus konsisten dengan filosofi, metode operasi dan tujuan lembaga.
2.
Mendapat dukungan pimpinan puncak (top management)
3.
Tentukan kebutuhan yang diperlukan
4.
Libatkan pengguna dalam membuat design
5.
Pengujian program
6.
Kembangkan kebijakan, prosedur dan petunjuk
pelaksanaan dalam bentuk penilaian (survey)
7. Melatih
supervisor
8.
Memberi orientasai kepada bawahan yang
dinilai
9.
Melaksanakan program
Apabila
beberapa hal ini sudah dijalankan, mudah-mudahan program pengembangan yang
bentuknya seperti PMK dan lain sebagainya akan menjadi efektif. Peserta diharapkan
mengikuti program bukan hanya sekedar menggugurkan kewajibannya, namun
benar-benar dituntut untuk mengembangkan kemampuan individu guna kepentingan
organisasi. Sehingga hasil dari PMK sendiri seharusnya dapat mempengaruhi
seseorang untuk promosi, bukan hanya selembar ijazah yang menjadi latar
belakang pendidikannya saja. Pengembangan sunber daya manusia seperti ini hanya
dapat dilakukan apabila didukung oleh identifikasi yang tepat melalui
keterbukaan dan metode pengukuran prestasi yang tepat dan obyektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar