Rabu, 06 November 2013

Generik.... Murah Tapi Mujarab

Di masyarakat kita khususnya di Bank Indonesia (BI), obat generik konotasinya  masih sebagai obat yang 2 M, dan TTM, yaitu : obat yang harganya Murah, untuk orang Miskin, dan Tidak Terlalu Manjur. Mengapa ? Karena, obat-obatan di Indonesia sudah menjadi komoditas bisnis yang sangat potensial, sehingga perlu penambahan aksesoris (kemasan yang bagus, yang menarik dll), promosi besar-besaran di media cetak, maupun televisi, dengan artis-artis bekennya dan tidak ketinggalan peran dokter yang me"resep"kannya.

        Anehnya, masyarakat kita justru cenderung menyukai hal-hal atau barang-barang yang harganya mahal. Yang mahal dianggapnya tentu bagus, kalau obat ya yang mahal tentu manjur. Makanya sejak ada pengetatan pemberian obat pada para pensiunan BI atau anggota PPBI, semuanya mengeluh dan merasa nggak dihargai jasa-jasanya selama mengabdi di BI berpuluh-puluh tahun.

        Mereka merasa bahwa BI kurang care dan menganggap pensiunan seperti “habis manis sepah dibuang”. Minta vitamin aja nggak boleh apalagi obat yang mahal dan manjur, demikian pendapat beberapa pensiunan yang sempat kutemui di Poliklinik BI. Menurutku obat generik yang dianggap tidak manjur, karena murah. Padahal obat-obat tersebut, isinya tidak berbeda dengan obat ber-merk lainnya. Sebenarnya, obat bermerk itu, obat generik juga cuma diberi label atau merk dagang dengan nilai jual yang lebih meyakinkan masyarakat, bahwa itu obat mujarab..

        Untuk lebih jelasnya, sebagai contoh begini, pada saat suatu perusahaan Farmasi menemukan sebuah obat untuk mengobati penyakit tertentu, mereka langsung mendaftarkan paten untuk obat tersebut. Paten ini di Indonesia, biasanya berlaku dalam kurun waktu 20 tahun. Selama masa paten itu, perusahaan farmasi tersebut, mendapatkan hak eksklusif untuk memproduksi obat tersebut, memasarkannya, dan memberinya merk dagang. Adapun perusahaan farmasi yang lain, tidak boleh memproduksi dan memasarkan obat dengan kandungan yang sama, kecuali dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan pemilik paten tersebut.

        Sesudah masa paten habis, merk dagang obat yang telah dipasarkan selama masa paten  itu, tetap menjadi milik perusahaan tersebut yang mempunyai hak paten dulu. Hanya sekarang, perusahaan farmasi lain boleh memproduksi dan memasarkan produk tersebut, tanpa harus menjalin kerjasama dengan perusahaan pemilik paten dulu. Itulah yang kita kenal dengan obat generik. Perusahaah-perusahaan yang lain tersebut, tidak boleh menggunakan merk dagang yang sama dengan merk dagang yang sudah digunakan oleh perusahaan yang pertama, bekas pemegang paten obat tersebut. Perusahan-perusahaan yang lain bisa menggunakan merk generik, atau membuat merk dagang sendiri.

        Jadi kesimpulannya, obat bermerk itu dengan obat generik, sama ! Tapi mengapa obat generik ini bisa dijual murah sekali ? Obat generik tidak memakai label/merk, kemudian kemasannya dibuat sederhana, tidak menggunakan banyak iklan, bahkan hampir bisa dikatakan tidak ada iklannya sama sekali. Dengan dihilangkannya biaya-biaya operasionalnya ini, maka obat generik ini bisa dijual sangat murah. Cuma persoalannya, banyak masyarakat kita yang tidak mengetahui adanya obat murah berkwalitas.


        Ini adalah efek dari kurangnya informasi, promosi atau iklan. Disamping itu,  di   toko obat dan juga apotik tersedia obat generik karena sudah merupakan keharusan untuk menyediakan obat ini. Tapi berhubung obat ini harganya murah sekali, hingga margin/keuntungannya kecil sekali, dan jelas tanpa ada bonus dan sebagainya, pihak toko ataupun apotik tidak terlalu meng-expose keberadaan obat ini, malah lebih suka menawarkan obat lain yang bermerk sebagai alternatif.

        Oleh karena itu sebagai warga BI, mari kita kampanyekan untuk memakai dan membeli obat murah berkwalitas, dan membantu menyebarluaskan informasi tentang obat generik. Yang terpenting adalah sebenarnya "Peran" dari para Dokter di Poli BI baik yang di Gedung Kebun Sirih maupun yang di Gedung Bidakara, dibutuhkan dokter-dokter yang berhati "Mulia", yang bersedia me "Resep"kan Obat generik berharga murah tapi berkwalitas, selain kepada pensiunan juga kepada Pegawai aktif guna kepentingan si Pasien. Walau mungkin "Pahit" bagi kantong dokternya, sehingga impian untuk "SEHAT ITU MURAH" dan efisiensi biaya kesehatan di BI benar-benar bisa kita wujudkan.(Hj. Ratna Marsoedi).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar