Rabu, 13 November 2013

Meng-Install Anak

Dalam dunia pendidikan banyak sekali penawaran-penawaran instan yang menjanjikan anak bisa dengan cepat menguasai materi pelajaran sekolah. Misalnya saja les privat, game-game pelatihan bahkan sampai terapi. Sebagai orang tua sudah sepatutnya mengupayakan hal tersebut. Pertanyaannya: apakah semuanya harus di berikan ke anak? Sebuah pertanyaan yang sangat membukakan pikiran dan aku yakin banyak kontroversi dengan jawaban kita yang disertai berbagai alasan. Saat menemani teman untuk mempromosikan sebuah methode teraphy di sebuah sekolah aku mendengar satu kalimat yang keluar dari seorang guru.
 “Kalo saya mau, ya.. anak saya pasti mau” sambil memilih paket teraphy yang guru itu inginkan.
 
         Anak merupakan harta yang sangat berharga dalam sebuah rumah tangga karena salah satu tujuan menikah adalah mendapatkan keturunan. Untuk itulah kita sebagai orang tua sudah seharusnya menjaga dan memberikan bekal pendidikan secukupnya. Dalam pembekalan pendidikan inilah yang harus kita waspadai dan cermati. Setiap orang tua menginginkan anaknya pandai, cerdas berdasarkan IQ yang merupakan tolak ukur kecerdasan anak. Bahkan sampai sehari penuh mereka diberikan pendidikan formal dan non formal agar pemikiran mereka berkembang. Yang diinginkan orang tua adalah agar pandai dengan alasan demi kebaikan masa depan.


      Harus ada yang kita luruskan disini. Melihat dari perkataan guru diatas aku memeperoleh kesimpulan ternyata anak harus ikut keinginan orang tua, apa yang orang tua inginkan anak harus mau, bahkan sampai paket-paket atau pendidikan apapun yang orang tua sukai anak harus ikut. Sekali lagi dengan alasan “demi masa depan anak…”. Ketahuilah anak bukanlah robot yang selalu di-install program yang sesuai dengan keinginan pembuatnya. Anak adalah anugrah  Tuhan yang telah diberikan (Given) keunikan, kelebihan dan kekurangan dan sifat-sifat yang genetik melekat dalam dirinya. Dengan given tersebutlah anak akan menentukan sikap, ilmu yang dia sukai, lingkungan, dan keinginan untuk mesa depan mereka.


 
        Betul, tugas kita adalah mendidik dan merawatnya hingga dia bisa mandiri. Dalam hal inilah seringkali orang tua lupa dan tidak sadar bahwa setiap anak mempunyai kelebihan, kekuatan dan potensi yang berbeda dengan orang lain. Kebanyakan orang tua hanya berfikir tentang kecerdasan otak saja tanpa mau tahu sebetulnya apa yang menjadi dasar kekuatan yang anak itu miliki. Dasar kekuatan inilah yang akan menjadikan anak survive dalam diri dan lingkungannya bukan diciptakan lingkungan atau atas dasar keinginan orang tua. Sungguh ironis pemikiran yang masih seperti ini.
 
        Berikanlah jalan yang terbaik, berikanlah stimulus yang cocok dan desainlah anak kita sesuai dengan kekuatan yang dia punya. Dengan begitu maka mereka akan merasa enjoy, nyaman dan mudah dalam mengembangkan dirinya. Jadi tahap pertama yang harus orang tua lakukan sebelum mendesain hidup anak adalah menemukan kelebihannya. Karena kelebihan yang dibawa sejak lahir ini tidak akan hilang hingga akhir hayat nanti. Dan inilah kekuatan yang Tuhan berikan kepada kita.(Galuh Sulistyo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar