Senin, 10 Maret 2014

BI Manado

Semua orang pasti tahu bahwa dunia perbankan Indonesia dikenal warisan dari penjajah Belanda. Sejarah perbankan-pun nggak lepas dari pengaruh negara yang menjajah, baik untuk bank pemerintah maupun swasta. Setelah adanya nasionalisasi De Javasche Bank (DJB) menjadi Bank Indonesia tanggal 1 Juli 1953, secara otomatis semua kantor cabang DJB menjadi kantor cabang Bank Indonesia.


Termasuk yang ada di Manado, gedung tersebut eks De Javasche Bank (DJB) kini menjadi cagar budaya (heritage). Hampir semua gedung eks DJB menampilkan aura kemegahan arsitektural bergaya eropa. Seperti bangunan bersejarah lainnya, fungsi gedung ini berubah-ubah karena masa penjajahan.

Gedung DJB Manado, terletak di Jalan Suprapto-Pasar Empat Lima yang dibangun pada tahun 1910, setelah dipergunakan oleh Bank Indonesia kondisinya berubah hampir bukan seperti gedung yang merupakan heritage, nilai history-nya hilang, nilai estetikanya kurang diperhatikan, karena semuanya tertutup oleh material modern yang menyelimuti. Sehingga keindahan yang ditampilkan tidak nampak seperti gedung jaman belanda.


Sangat disayangkan, bahwa sebenarnya pemanfaatan gedung eks De Javasche Bank sebagai memorabilia diharapkan dapat mendekatkan Bank Indonesia dengan masyarakat, saat ini kosong. Terutama dalam menikmati dan menjawab keingintahuan akan arsitektur khas bangunan peninggalan kolonial nggak difungsikan sama sekali. Walau daerah Pasar Empat Lima masih menjadi daerah perniagaan tetapi sejak gedung BI nggak digunakan, suasanya nggak seramai dulu.


BI sejak tahun 1996 menempati gedung yang lebih modern di Jalan 17 Agustus No 56 Manado, terletak 70 m diatas permukaan laut. Kini gedung Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (KPw DN BI Manado), terlihat sangat indah. Lokasinya yang berhadapan langsung dengan kantor Gubernur Sulut, sangat mendukung untuk mengambil keputusan terkait roda ekonomi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar