Senin, 09 Desember 2013

Istriku Seorang Mualaf

Istriku seorang mualaf, tapi dalam hal beribadah terkadang aku malu dengannya. Karena dia lebih rajin beribadah dan lebih rajin mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan ajaran agama islam. Aku sangat bersyukur mendapatkan istri dia, walau seorang mualaf, tapi banyak memberikan masukan islami padaku. Diantaranya ia amat menghormati orangtuanya, dan lebih sering memberikan motivasi lebih untuk menghormati mereka.

Pernah sewaktu mau lebaran, ketika aku sedang mengemasi barang-barangku buat pulang mudik, istriku bertanya “Pak bawa oleh-oleh apa untuk orangtua kita dikampung?”. Aku menjawab sekedarnya saja , yaitu membawa kue-kue dan parcel yang kubeli di mall kemarin.


Menurutnya kalau cuma itu yang diberi untuk orangtua, sangat tak pantas. Karena kue-kue dan parcel itu lebih pantas diberikan pada relasi, atasan atau teman sejawat. Orangtua kita harus diberikan lebih dari itu, karena mereka telah banyak berkorban jiwa dan hartanya demi kita. Tapi kenapa kita membalasnya dengan ala kadarnya?. Kita harus beli pakaian dan sesuatu yang menjadi kesukaan mereka.

Ternyata kata istriku apakah cuma sekedar itu yang kita berikan pada orangtua kita, tidak..! kita harus memberi lebih.   Kita harus memberikan perhatian agar mereka senang, agar mereka merasa terhormat, agar mereka merasa benar-benar bermartabat, kita sudah hidup berkecukupan karena pengorbanan dan kasih sayang  mereka. Mereka yang menjadikan kita berada didalam jalan ilahi. Maka kita harus memberikan yang terbaik buat orangtua.

Untuk perjalanan mudik, kita biasanya begitu sibuk dengan segala macam persiapan, tapi mengapa untuk orangtua hanya sedikit makanan, bahkan ada yang membelinya ditengah jalan. Tanpa dipersiapkan dan direncanakan sebelumnya.

Aku tertegun, selama ini aku merasa sudah biasa pulang setahun sekali dengan membawa makanan ala kadarnya untuk ayah dan ibu di kampung. Bahkan ketika kembali ke Jakarta, aku membawa lebih banyak lagi oleh-oleh dari kampung.  Karena sudah rutin seperti itu, aku menganggapnya itu hal yang lumrah.

Lewat istriku, Tuhan telah mengingatkanku bahwa, untuk lebih banyak mendapat rezeki, karir menjadi baik, hidup berkecukupan, kebahagiaan yang abadi dan mendapat berkah dari-Nya, adalah dengan mengikutsertakan orangtua dalam daftar orang yang kita bikin senang. Aku harus menambah porsi bakti dan kebaikan yang kuberikan pada orangtuaku, agar mereka bahagia, dan gembira. Kulakukan yang terbaik sebagai tanda terima kasih pada mereka, agar aku termasuk asy-syakirun dan mendapat semua kemudahan dari Allah SWT.


“Ya Allah, aku sangat ingin membahagiakanmu ayah dan ibu seperti aku sangat mendambakan karunia kebahagiaan dari-MU. Ya Allah, berikan aku Ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku, berikan aku kekuatan untuk mengerjakan amal kebaikan yang Engkau ridhoi, masukanlah aku kedalam golongan hamba-Mu yang shaleh”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar