Rabu, 04 Desember 2013

Kutahu Yang Ku Mau

“Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja, sekarang saya mulai ketakutan…….”

Kutipan diatas saya ambil dari sebuah pidato kelulusan wisudawan terbaik di sebuah kampus, setelah membaca kutipan tersebut, apa yang Anda rasakan ? Menurut saya yang disampaikan adalah kejujuran dari rasa ketakutan untuk menghadapi hari esok, karena tidak ada target nilai lagi yang harus dikejar.

 
Hard skill
Pastinya diperlukan untuk medapatkan kompetensi dan sifatnya dapat terukur keberhasilan dapat terlihat berupa sertifikasi, namun apakah itu cukup ? Dalam kehidupan nyata harus diimbangi dengan soft skill, bagaimana berkomunikasi, berdiplomasi dan hubungan antar personal, bagaimana percaya diri dalam menghadapi tantangan sehingga menjadi pribadi yang tangguh dan tahu apa yang diinginkan dalam hidup ini.
 
Saat ini kita saksikan tumbuh tempat- tempat bimbingan belajar atau bimbingan ujian akhir untuk mencapai nilai setinggi-tingginya. Kita fokus pada peningkatan hard skill atau kita coba program anak kita untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti balet, music dan sebagainya. Tanpa kita pernah tahu potensi dan passion. Anak di program seperti robot mengikuti berbagai aktivitas. Keberhasilan di ukur dari hasil nilai raport dan muncul statement berhasil atau gagal dengan membaca selembar kertas hasi lujian. Dan pada akhirnya kita bisa membentuk generasi yang patuh namun minim kreasi dan bingung menghadapi hari esok. Karena tidak mengetahui passion apalagi potensinya.

Aktivitas diatas digambarkan sebagai wujud kasih sayang orang tua kepada anak, namun ternyata berbagai aktivitas tersebut hanya bentuk pelarian agar anak menjadi ada kegiatan dan kita belum mengenal sibuah hati, kita ingin membentuk buah hati kita menjadi kebanggan dan kita sibuk dengan pembentukan hard skill.
 
Pembentukan soft skill berawal dari peranan orang tua dan keluarga, bagaimana peranan orang tua membangun komunikasi, pendekatan inter personal dapat terwujud dalam ungkapan kasih sayang dan dialog yang terbentuk dalam aktivitas sehari hari, bila kita katakan prioritas kita adalah pendidikan anak, langkah apa sajakah yang telah kita lakukan untuk memantaskan diri kita untuk tujuan tersebut, berapa banyak waktu kita luangkan untuk mereka, sudahkah kita siapkan telinga dan melembutkan hati kita untuk mereka. Karena langkah “menghebatkan kemandirian” pada anak inilah sebagai pondasi soft skill yang akan mereka tunjukan pada dunia, hard skill muncul sebagai penyeimbang untuk membuat mereka lebih eksis.
 
Dengan mendekatkan diri kita kepada buah hati untuk membentuk kemampuan soft skill mereka maka proses untuk mengenal passion dan potensi anak relatif lebih cepat kita ketahui sehingga pembentukan hard skill lebih terarah sehingga keseimbangan antara tuntutan untuk mencapai keberhasilan yang terukur dan kesenangan dapat di peroleh, maka kita dapat melahirkan generasi yang tangguh, berkompetensi tinggi, percaya diri dan menjalani hidup penuh dengan rasa syukur.
 
Dengan mempunyai hard skill dan soft skill harapan kita untuk membangun generasi emas insyaALLAH akan terwujud di mulai dari lingkungan terkecil, keluarga yang mendukung mereka dalam proses belajar dengan penuh gairah (passion) dan seluruh potensi terbaik dapat dikeluarkan. Dan buah hati kita dapat menjadi generasi“ Kutahu Yang Ku Mau” bukan generasi galau.(Rainliyus Cahyanegara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar