Rabu, 09 Oktober 2013

Bromo

Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama dari stasiun kereta Pasar Senen sampai stasiun Pasar Turi-Surabaya, yang memakan waktu hampir 15 jam menggunakan kereta ekonomi, aku dan teman-teman kuliah merasakan badan capek juga. Tapi semangat untuk mencari sensasi di Bromo sangat kenceng. Disambung perjalanan menggunakan mobil travel elf menuju kota Malang kearah Gunung Bromo, keletihan yang sudah ada nggak terasa lagi, karena kegembiraan yang hampir mencapai tujuan.

Keesokan harinya menjelang subuh, dari tempat menginap aku bersama teman ingin menyaksikan sunrise, sudah banyak orang yang menuju lokasi matahari terbit. Di lokasi itu, sudah disediakan tempat duduk seperti di stadion bola, menghadap ke timur. Taksiran, tempat duduk itu cukup untuk menampung 150-an pengunjung, sisanya berdiri dipinggir-pinggir tebing. Kalau kita duduk menghadap timur, kemudian cukup menoleh kekanan 90 derajat, kita sudah bisa melihat hamparan padang pasir yang terselimuti kabut, serta kelihatan Gunung Bromo, Gunung Batok dan Puncak Gunung Semeru di selatannya. Luar Biasa Indah. Ternyata lokasi ini keberadaannya lebih tinggi dari Puncak gunung Bromo itu sendiri. Pemandangan sangat fantastis ketika matahari terbit, subhanallah…!

Aku dan teman-teman meluncur turun ke Gunung Bromo, melewati padang pasir yang luas. Mobil APV cukup keren diantara mobil-mobil Toyota Hardtop milik penduduk setempat yang disewa oleh para wisatawan. Mobil 4 WD tersebut rata-rata disewa dengan harga yang agak lumayan. Yang penting pintar-pintar aja menawar biar dikasih harga miring. Akhirnya kita pake hardtop juga turun ke padang pasir karena bisa muat buat 13 orang, pelan-pelan sambil menikmati indahnya pemandangan areal Gunung Bromo. Dalam perjalan turun ini matahari dudah mulai bersinar, banyak sekali keindahan alam yang ditampilkan, mulai dari savanna sampai pasir berbisik yang berwarna hitam dan abu-abu, diselimuti kabut pagi menambah suasana dingin tapi amat natural.

Sesampainya di kaki Gunung Bromo, aku ingin naik sampai puncaknya. Tetapi kalau dilihat, jaraknya lumayan jauh, belum lagi harus naik tangga yang disediakan di lereng gunungnya. Waw .. bisa-bisa capek duluan deh. Akhirnya, biar perjalanan lebih mengesankan, teman-teman menyewa kuda dengan rute PP, naik dan turun. Harga sewa kuda itu Rp. 30.000/kuda. Aku yang ingin merasakan sensasi daki gunung nggak ingin naik kuda, bukan karena nggak punya duit tapi ingin benar-benar merasakan yang namanya naik gunung dengan melahap semua udara sejuk dan pemandangan yang sangat indah.

Eh… ternyata temanku yang naik kuda, harus jalan sendiri untuk sampai puncaknya. Kuda hanya mengantarkan sampai di bawah tangga saja. Mak, ada ratusan tangga yang harus didaki. It’s oke lah, pelan-pelan bisa naik walaupun nafas agak tersengal-sengal, dan bisa menikmati pemandangan kawah Gunung Bromo. Kita berpotret ria sepuasnya disana. Kadang, terlintas dalam pikiran juga, jangan-jangan Gunung ini akan meletus.. wakakakak, serem juga. Tapi Alhamdulillah, Allah SWT belum mengijinkan untuk meletuskan Gunung Bromo.

Perjalan ke Bromo diakhiri dengan perasaan yang tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur, karena Allah memberikan kesempatan buatku untuk melihat ciptaan-Nya berupa lukisan alam-Nya yang begitu indah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar