Rabu, 02 Oktober 2013

Pasukan Berani Mati

          Dulu waktu jaman perjuangan melawan penjajah, istilah Pasukan Berani Mati ditujukan untuk para pahlawan pejuang kemerdekaan. Gimana nggak disebut pasukan berani mati, melawan pasukan musuh yang bersenjata meriam dan senapan mesiu, pahlawan perjuangan cuma bersenjatakan bambu runcing. Walaupun mungkin nggak persis seperti itu keadaannya, setidaknya itu yang sering diceritakan waktu sekolah atau kalau nonton film perjuangan di TV.


          Itu zaman dulu, kalau zaman sekarang Pasukan Berani Mati-nya sudah berbeda, maksudnya pasukan para pekerja yang sedang menuju tempat kerja pakai sepeda motor, termasuk aku juga. Disebut berani mati, karena memang resikonya adalah mati. Ada tanda dilarang memutar, kita memutar karena ingin cepat sampai. Ada perboden masuk terus dan tentunya harus melawan arus, kemudian nggak pake helm karena masih pagi nggak ada polisi. Atau naik ketrototar ketika jalanan macet dan penuh kendaraan. Jika berhenti dilampu merah melampaui jauh garis, bahkan sekarang lampu masih merah-pun diterjang, pengemudi motor sudah tak peduli dengan keselamatan dirinya sendiri.


          Paling nggak itu yang aku rasakan tiap pagi ketika berangkat kerja naik motor, kondisi di jalan raya memang mengundang nyawa. Saling serobot, salip-salipan antara sesama pengendara motor atau motor dengan mobil. Kondisi jalan raya yang padat dan rapat bukannya membikin pengendara motor jadi hati-hati tapi malah mengundang bahaya, saling menyalip. Resikonya ? niat baik mau kerja cari uang malah berujung kuburan.(sumber : blog tetangga)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar