Selasa, 22 Oktober 2013

Setetes Darah Adalah Nyawa

          Untuk kesekian kalinya kantorku mengadakan aksi donor darah, acara yang rutin diselenggarakan ini sangat menarik perhatian penghuni seluruh gedung. Terlihat baru sekitar Pukul 9 pagi  hari pertama, pendonor membludak, ini membuktikan bahwa manusia sebagai makhluk sosial, selalu ingin hidup berdampingan dengan sesama sebagai sesuatu yang wajar. Hidup bertetangga, kerja sama dengan teman sejawat, teman kantor, bersosialisasi bersama teman sekolah, kuliah bahkan lewat situs pertemanan you tube, twitter ataupun face book menjadi kebutuhan sehari-hari di jaman teknologi informasi.


Dari sekian banyak kegiatan bersosialisasi di atas tadi, kita sebagai Pegawai sangat peduli kepada sesama yang sedang dirundung petaka, misalnya sakit dan harus memerlukan pertolongan segera. Terutama pertolongan yang terkait dengan transfusi darah, makanya hampir seluruh personil melibatkan diri menyumbangkan darahnya.


          Kantorku sangat concern dengan acara donor darah ini, terbukti banyak sekali Pegawai yang antusias menyumbangkan darahnya. Donor darah amat membantu menambah stok darah bagi orang-orang yang membutuhkan. Karena menurut petugas dari PMI, bahwa antara kebutuhan dan stok darah yang tersedia belum seimbang. Karenanya, aksi yang dilakukan ini diharapkan bisa meringankan beban dan terpenuhinya kebutuhan darah di Jakarta. Meskipun hanya sedikit, namun sumbangan darah dari BI dan mitra ini dapat menambah jumlah darah dan bisa dimanfaatkan.


          Satu kendala yang kerap menghalangi seseorang untuk mendonorkan darahnya adalah rasa takut dan mitos yang beredar di masyarakat. Mitos rasa takut terhadap jarum suntik menjadi salah satu alasan rendahnya jumlah pendonor wanita dibandingkan pria. Selain mitos yang beredar bahwa seseorang kerap mengurungkan niatnya mendonorkan darahnya adalah bahwa donor darah dapat menyebabkan gemuk. Faktanya kegemukan terjadi karena jumlah kalori yang masuk lebih banyak dari yang dikeluarkan dan nggak ada kaitannya dengan donor darah.


          Memang pada awalnya, ketika pertama kali mendonorkan darah ada rasa takut akan jarum suntik yang masuk lengan, hingga rasa lemas dan pusing sebagai dampak telah diambil darahnya ternyata rasa cemas itu nggak ada. Perasaan cemas itu terlalu dilebih-lebihkan oleh beberapa sahabat dan teman sekantor yang sebenarnya dirinya takut jarum suntik dan belum tertarik menjadi pendonor darah. Malahan kegiatan donor darah itu akan membuat ketagihan pendonornya minimal setiap tiga bulan sekali harus mendonorkan darahnya. Donor darah baik bagi kita dan sesama. Kalau kita sehat dan memenuhi syarat sebagai pendonor darah, kenapa nggak dilakukan dengan rutin sebagai wujud aksi sosial bagi sesama manusia?


          Hidup hanya sekali satu kali, jadi isi dan warnailah dengan kegiatan positif untuk mengembangkan diri dan berguna bagi sesama. Mengisi hidup dengan memperhatikan sesama, tentu saja menjadi sebuah hal indah dan sarat makna. Memang tak ada manfaat langsung menjadi seorang pendonor darah, namun dengan mendonorkan darah secara rutin setiap tiga bulan sekali, maka tubuh akan terpacu untuk memproduksi sel-sel darah baru. Sedangkan fungsi sel-sel darah merah adalah untuk oksigenisasi dan mengangkut sari-sari makanan. Dengan demikian fungsi darah menjadi lebih baik sehingga donor menjadi sehat. Selain itu, kesehatan pendonor akan selalu terpantau karena setiap kali donor dilakukan pemeriksaan kesehatan sederhana dan pemeriksaan uji saring darah terhadap infeksi yang dapat ditularkan lewat darah.

          So berbagi kepedulian nggak melulu berupa materi atau barang. Bentuknya bisa apa saja, bahkan dengan apa yang kita punya yang melekat dari tubuh ini. Salah satunya dengan darah, kita donasikan bagi yang memerlukan bagi kelangsungan hidupnya karena memerlukan darah saat yang bersangkutan sedang menjalani perawatan medis lewat tindakan operasi, dimana organ tubuhnya memerlukan darah orang lain lewat transfusi darah.(Arum.S)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar