Jumat, 04 Oktober 2013

Sate Hadori Bandung


Buat yang sering ngelancong ke Bandung dan doyan makan sate serta gule kambing, coba deh mampir ke warung Sate Hadori. Letak Warung Sate Hadori ada di stasiun kereta api Bandung, dekat stasiun angkot yang berada di sebelahnya. Seperti tempat terkenal kuliner lainnya, disebelah Hadori asli bermunculan warung sate lain. Jika berkunjung kesana jangan sampai salah masuk. Di warung sate Hadori ini, sate disajikan  sederhana memakai piring biasa, bumbunya menggunakan kecap asin dan bumbu kacang. Yang spesial adalah nasinya yang langsung diberikan satu bakul walaupun hanya makan sendiri sehingga dijamin kenyang tanpa ada biaya tambahan untuk nasi. Disini ukuran satenya pun cukup besar dan dagingnya empuk, gulainya enak banget.


Pengelola Sate Hadori generasi ketiga Wawan Hadori (58) bercerita, usaha sate ini dimulai oleh Kakeknya Inung dan Neneknya Una. Saat itu masa pendudukan Jepang. Inung dan Una mengungsi dari satu tempat ke tempat lain. Di pengungsian tersebut jika ada kesempatan mereka berjualan sate kambing. “Mungkin karena membuat sate dianggap mudah, jadi mereka jualan sate,” papar Wawan. Sekitar tahun 1940-an Inang dan Una mengungsi ke Garut. Di Pasar Baru Garut mereka membuka dua kios yang salah satunya digunakan untuk berjualan sate. Dari Garut mengungsi ke Bandung dan berjualan sate di Tegallega sekitar tahun 50-an.

Selepas itu ada salah seorang kawan yang mengajak untuk berjualan di stasiun Bandung. Stasiun kala itu masih menjadi terminal bus. Inung berjualan sate dengan memakai roda. Pembeli saat itu cukup ramai. Saat itu seorang kawannya menjual kiosnya berukuran 4×4 meter pada Inung. Dari tahun ke tahun Sate Inung kian ramai. Tahun 1961 termasuk masa emas kejayaan sate Inung. Namun di tahun 1992, Inung meninggal dunia. Kala itu Hadori sebagai anaknya membantu mempertahankan usaha sate ini. Hadori belajar dari mulai meracik daging sampai manajemen. Maka nama Sate Inung pun diganti jadi Sate Hadori. Mulai saat itu pelanggan datang dari berbagai kalangan.

Tahun 65-an Hadori jadi ketua pedagang di Stasiun. Saat itu lah dirinya melakukan pemugaran kios-kios di Stasiun Hall. Ketika pemugaran dilakukan ada yang juga menjual kiosnya kepada Hadori. Hingga kini, Sate Hadori menempati empat petak berukuran 16×4 meter. Tahun 1990 Hadori meninggal dunia dan meninggalkan empat orang putranya. Wawan menuturkan selepas itu usaha Sate Hadori ini pun dilanjutkan oleh dirinya sebagai putra pertama. “Ayah saya beramanat. Usaha ini harus dijaga baik-baik,” ungkap Wawan. Amanat tersebut pun sampai saat ini dipegang teguh oleh Wawan. Meskipun di tengah persaingan wisata kuliner Bandung. Wawan tetap berupaya mempertahankan keberadaan Sate Hadori dengan penambahan nama depannya sehingga menjadi Wawan Hadori.
Selain di Stasiun, Sate Hadori bisa dinikmati di Be Mall, Jalan Naripan, di Dago, Jalan Setiabudhi, Jalan Cihampelas, Jalan Sersan Badjuri. Dalam waktu dekat Wawan berencana akan berekspansi ke luar Kota Bandung. Tak jauh-jauh, tapi kembali ke tempat asal sate Hadori yaitu Garut.(dari berbagai sumber)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar