Program dan kegiatan kesiapsiagaan
terhadap bencana harus terus dirintis dan dikembangkan. Sosialisasi sadar
bencana dan latihan menghadapi bencana mesti segera dibiasakan. Bank Indonesia
sebagai lembaga yang memiliki banyak kantor perwakilan didaerah rawan bencana, sosialisasi
menghadapi bencana wajib untuk dimunculkan dan didukung sepenuhnya.
Kegiatan
yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa pendidikan peningkatan
kesadaran bencana disaster awareness, latihan penanggulangan bencana (disaster
drill), penyiapan teknologi tahan bencana (disaster-proof),
membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan perumusan kebijakan-kebijakan
penanggulangan bencana (disaster management policies).
Untuk meningkatkan kesiapsiagaan penanganan bencana, maka Grup
Pengamanan Bank Indonesia telah mengadakan kegiatan disaster drill berupa
simulasi kebakaran, yang merupakan merupakan latihan gabungan Floor Captain
(FC), Incident Comander (IC), Pegawai dan Dinas Pemadam Kebakaran
DKI. Latihan tersebut berlangsung pada tanggal 15 September 2013 di Gedung Tipikal,
yang diikuti kurang lebih 700 orang, melibatkan seluruh Pegawai penghuni gedung
tersebut beserta FC-nya.
Sosialisasi
simulasi mengahadapi bencana kebakaran harus dilakukan langsung agar Pegawai aware
dengan konsep mengahadapi awal bencana dan peringatan dini. Disinilah peran Floor
Captain dalam menerapkan langkah-langkah awal supaya tidak terjadi krodit
diantara Pegawai. FC diminta efektif dalam mengarahkan Pegawai karena FC-lah
yang lebih mengetahui kondisi dan lokasi area kerjanya.
Tujuan
simulasi adalah untuk menciptakan disaster awareness, agar ketika
bencana terjadi pegawai tidak panik dan tertib sehingga tidak timbul korban
atau terjadi cidera “Semakin rutin Pegawai Bank Indonesia melakukan latihan
dalam mengantisipasi bencana, maka akan semakin baik disaster awareness.
Pegawai harus dilatih sedemikian rupa, bukan hanya Satpam, sehingga betul-betul
memiliki kompetensi dalam menghadapi dan menangani bencana,” ujar Kepala Tim Strategi
dan Kebijakan Pengamanan BI, Musliha.
Dikatakannya,
sebenarnya skala kerusakan, korban dan resiko akibat bencana dapat
diminimalisir apabila Bank Indonesia memiliki manajemen peringatan dini yang
baik. Terlepas dari kenyataan bahwa bencana alam adalah bagian dari takdir
Illahi, sehingga seringkali tak bisa dicegah, namun manusia memiliki kekuatan
akal dan pengetahuan yang semestinya bisa dimaksimalkan untuk mereduksi atau
meminimalisir bahaya (damages) bencana alam.
Selama
ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan pasca bencana (post event) berupa
emergency response (USAR) dan recovery daripada kegiatan sebelum bencana.
Padahal, apabila kita memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-kegiatan
sebelum bencana, kita dapat mereduksi potensi bahaya/kerugian yang mungkin timbul
ketika bencana. Sehingga tidak ada lagi Pegawai yang bertanya “Dimana pintu
daruratnya?”, padahal Pegawai tersebut tiap hari berkantor ditempat yang sama,
namun karena kurangnya disaster awareness ,maka Pegawai tersebut tidak
peduli akan keselamatan dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar