Jumat, 20 September 2013

Basic Life Support

Walaupun Anggota Satuan Pengaman (Satpam) Bank Indonesia bukan petugas tenaga kesehatan. Tetapi mengenal akan bagaimana cara memberikan Bantuan Hidup Dasar-BHD (Basic Life Support-BLS) secara umum perlu dimiliki. Karena dengan pertolongan awal dalam memberikan bantuan dasar ini akan bisa bermakna memberikan kehidupan sebelum mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Keadaan-keadaan gagal nafas (henti nafas) atau pun henti jantung yang dialami oleh penghuni gedung baik itu Pegawai Organik, Pegawai Non Organik atau Stakeholders bisa juga terjadi di sekitar kita dalam keadaan dan waktu yang tak terduga.


Oleh karena itu pada hari Jum’at sd Minggu, tanggal 19 sd 21 April 2013 bertempat di Hotel Amaris Bogor, Grup Pengamanan Bank Indonesia bekerja sama dengan PT. Yasa Promedika Lentera menyelenggarakan pelatihan Bantuan Hidup Dasar bagi Satpam Bank Indonesia Kantor Pusat. Pelatihan diikuti oleh 29 orang Peserta, pelatihan ini merupakan pelatihan angkatan kedua. Angkatan pertama pelatihannya dilakukan pada tahun 2011 yang lalu di Gedung Thamrin. Selama pelatihan berlangsung peserta dibimbing langsung oleh dr. Poengki Dwi Poerwantoro Plast. Surg. MM. yang sehari-hari bertugas di RS. Pusat Pertamina, sebagai ahli luka bakar dan bedah plastik.


Semangat dan antusias peserta sangat menonjol, hal ini dikarenakan materi pelatihan yang sangat menunjang pelaksanaan tugas sehari-hari. Beberapa kejadian yang memerlukan bantuan hidup dasar pernah terjadi di Bank Indonesia, hal ini sebagai pemicu peserta untuk melaksanakannya dengan serius. Kejadian yang pernah terjadi adalah ketika seorang tamu di Divisi Administrasi Logistik (AdmL) mengalami gejala stroke, ketika sedang melakukan telepon tiba-tiba yang bersangkutan jatuh. Selanjutnya salah seorang Pegawai GPam yang telah mengikuti pelatihan BHD angkatan pertama memberikan pertolongan hingga pada saat Tim Medis (dokter YKKBI) datang kondisinya dapat diatasi.


Begitu pentingnya pelatihan bantuan hidup dasar, sebagai usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas (airway) tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi dan tanpa menggunakan alat-alat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan tanda henti jantung atau henti nafas dan segera memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi. Kejadian selanjutnya adalah ketika salah seorang Anggota Satpam yang sedang bertugas di Menara Syafruddin Prawiranegara, tiba-tiba jatuh dan pingsan. Saat terjatuh, petugas yang berdampingan dengannya pada saat itu melihat dan mengecek bahwa ybs telah tidak bernafas. Selanjutnya dilakukan proses bantuan hidup dasar dan pernafasan buatan, akhirnya Satpam yang terjatuh dan pingsan dapat tertolong dengan baik, dan selanjutnya ditindak lanjuti oleh dokter di poli klinik BI Kebun Sirih.


Dalam sambutan pembukaan, Pimpinan Grup Pengamanan (Bapak Gufron Baehaki) menyampaikan bahwa tujuan Bantuan Hidup Dasar ini adalah memberikan bantuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Pengalaman menunjukkan bahwa resusitasi jantung paru akan berhasil terutama pada keadaan 'henti jantung' yang disaksikan (witnessed) dimana resusitasi segera dilakukan oleh orang yang berada di sekitar korban.


Bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara sederhana yang dapat membantu mempertahankan hidup seseorang untuk sementara. Beberapa cara sederhana tersebut adalah bagaimana menguasai dan membebaskan jalan nafas, bagaimana memberikan bantuan penafasan dan bagaimana membantu mengalirkan darah ke tempat yang penting dalam tubuh korban, sehingga pasokan oksigen ke otak terjaga untuk mencegah matinya sel otak. Penilaian dan perawatan yang dilakukan pada bantuan hidup dasar sangat penting guna melanjutkan ketahapan selanjutnya. Hal ini harus dilakukan secara cermat dan terus menerus termasuk terhadap tanggapan korban pada proses pertolongan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar