Senin, 30 September 2013

Gulai Kepala Ikan Bungus

          Aku makan siang bersama dengan Mahdi, dia seorang pegawai outsourcing pengemudi  yang bertugas dikantorku di Padang. Dan makan siang kali ini harus disesuaikan dengan keinginan awal, karena sudah niat makan kepala ikan ya harus makan kepala ikan, kami menuju bungus ke “Restoran Keluarga” di Jalan Raya Padang – Bengkulu KM 20 disekitar daerah Bungus atau perbatasan kota Padang dengan Kabupaten Painan.


          Restoran Keluarga dimiliki oleh seorang Ibu yang sudah agak tua, berumur kira kira 70 tahun, kami tak tahu nama aslinya nama panggilannya “Uniang”. Ketika aku tiba, aku langsung menyapanya “ba’a kabanyo Niang”, “onde lah lamo bana Pak bagus indak makan disiko”. Begitulah percakapanku dengan Uniang, yang bergigi ompong tapi mempunyai olahan kepala ikan yang nikmatnya luar biasa. Tuhan telah memberinya suatu keahlian yang tidak dimiliki banyak orang, karena Uniang-lah aku sering mengucap syukur pada Ilahi sebab tangannya telah menciptakan rasa nikmat yang tiada tara. Uniang asli orang Bungus–Padang, membuka rumah makan dengan nama “Restoran Keluarga” pada tahun 90an.

          Restorannya sederhana tapi penggemar kepala ikan yang pernah berkunjung ke Sumatera Barat pasti mengenalnya, siapa yang tak kenal Uniang maka bukan penggemar gulai kepala ikan sejati. Dari hasil kerja kerasnya kini Uniang telah membuka 2 cabang restoran gulai kepala ikan di Kota Padang. Restorannya dikelola oleh anak Uniang yang nomor 2 dan nomor 3, dan kedua restoran tersebut juga diberi nama “Restoran Keluarga”. Usaha Uniang ini tanpa bantuan sepeserpun dari bank apalagi sentuhan binaan UMKM dari instansi terkait, Uniang menjalaninya secara otodidak. Ketika ditanya kenapa nggak minta modal ke bank biar usahanya lebih hebat lagi, dia jawab singkat “ambo indak suko barutang”.


           Ilmu memasak yang dimiliki telah diturunkan kepada kedua anaknya, menurut informasi dari beberapa teman yang pernah mencicipi   gulai ikan olahan anak Uniang katanya rasanya agak sedikit berbeda. Mungkin karena setiap guru tidak pernah menurunkan seratus persen ilmu pada muridnya sehingga walaupun restoran anak Uniang adanya ditengah kota Padang tapi tetap saja yang ramai restoran Uniang yang berjarak 20 km kearah Bengkulu.

          Menu utama di rumah makan ini tentu saja berupa olahan gulai kepala ikan, masakan ikan lainnya juga banyak seperti capa asam padeh, pepes gambolo, gulai telur ikan, tenggiri goreng, tandeman goreng lado hijau. Selain itu di sini juga tersedia menu lain seperti udang goreng, sup daging, dan dendeng, serta tak ketinggalan jengkol balado. Dalam sehari sejak pukul 09.00 s.d 15.00 WIB, rumah makan ini memerlukan 40 kg kepala berbagai ikan laut dan 30 kg ikan segar lainnya yang dikirim oleh Nelayan disekitar  Pantai Padang.


          Setelah ngobrol ngalor ngidul karena sudah agak lamo indak basuo jo Uniang, kami kemudian masuk ke dalam rumah makan dan duduk di kursi yang sudah tersedia dan memesan minuman. Aku memesan teh tawar panas untuk menemani makan siangku. Tak berapa lama kemudian makanan di hidangkan di atas meja makan kami.  Banyak sekali menu yang dihidangkan oleh anak buah Uniang tapi Uniang segera memanggilnya dan mengatakan bahwa “Pak bagus tamu kita itu tidak perlu diberi menu yang lain, dia datang kesini jauh jauh dari Jakarta tujuannya cuma satu yaitu Gulai Kepala Ikan”, dengan sigap anak buah Uniang mengambil menu lainnya yang tidak aku perlukan.

          Selama kami makan kurang lebih 30 menit disana, kuperhatikan tamu tamu Uniang silih berganti yang datang dan pergi, direstoran Uniang ada 8 meja yang tiap tiap meja dapat memuat sekitar 6 orang dan satu meja agak besar yang dapat memuat 16 orang. Semua mejanya penuh, datang pergi, datang pergi, datang pergi, wah Uniang, hebat sekali gumamku dalam hati. Pantaslah kalau Uniang dah buka cabang karena penggemar kepala ikannya selain orang kebanyakan ternyata juga bukan orang sembarangan, ada kendaraan dengan nomor polisi BA 1, berarti orang itu adalah orang nomor satu di Sumatera Barat, ya dia adalah Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat. Beliau didampingi Ajudannya nampak sangat menikmati masakan Uniang.


          Setelah selesai makan, kemudian dihitung makanan yang kami makan, aku cuma mengeluarkan 90 ribu rupaih, harga yang sangat murah untuk suatu cita rasa yang lezat. Aku membayangkan seandainya makan direstoran Natrabu  jalan Sabang Jakarta atau direstoran Sari Bundo jalan Juanda Jakarta, berapa banyak uang yang aku keluarkan.
“ Niang baiko sore ambo pulang ka Jakarta dan ambo ka menulis tentang Uniang jo gulai kapalo ikan di majalah kantor ambo”.
“Mantap bana ko Pak ambo masuk majalah BI tapi jan lupo agiah tau kawan kawan apak ma bilo ka Padang singgah disiko, ditampek ambo”.
“Yo lah pasti tu Niang, semoga Uniang selalu sehat dan panjang umur dan awak basuo lai”. Kami kembali ke Padang dengan rasa syukur kehadirat Ilahi atas nikmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan untuk silaturachmi dengan Uniang.



1 komentar:

  1. Pasti maknyus nih gulai kapalo ikan Uniang ini.
    Pak Bagus, deket pasar Ulak Karang (Jl. Joni Anwar) juga ada rumah makan yang maknyus masakannya. Saya lupa nama rumah makannya.

    salam,
    alrisblog.wordpress.com

    BalasHapus