Kamis, 19 September 2013

SATPAM HARUS TEGAS LUGAS DAN HUMBLE

Siapakah orang pertama yang anda temui ketika anda mengunjungi suatu lembaga? jawabnya pasti Satuan Pengamanan. Tentunya sebagai orang yang berada di garda depan, seorang Satpam harus memberikan kesan yang baik, yang mencerminkan institusinya. Satpam harus bisa memperlakukan tamu sebagai relasi lembaga dengan dasar pemahaman preseance ( kedudukan ) yang tertuang dalam undang undang No 9 tahun 2010 tentang keprotokolan negara.


Keamanan suatu institusi merupakan hal yang utama, tidak ada organisasi tanpa petugas pengamanan, karena pengamanan selalu berada di depan. Di situlah titik krusial suatu lembaga yang harus diperhatikan. Oleh karenanya Satuan Pengamanan berperan penting, karena cerminan dan citra lembaga berada ditangannya. Begitulah awal sambutan Bu Nana (Direktur Eksekutif DLP), ketika membuka Pelatihan Keprotokolan bagi Satpam Bank Indonesia Kantor Pusat, dengan tema” Aspek Keprotokolan dalam Fungsi dan Tugas Pengamanan”  di Bandung, tanggal 11-13 Februari 2011.
Pelatihan diadakan dengan tujuan membentuk Satpam yang professional guna menghasilkan Satpam yang kompeten, mengoptimalkan Satpam yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mumpuni. Dalam pelatihan diharapkan semua peserta fokus karena tuntutan kompetensi dan integritas yang memadai terhadap Satuan Pengamanan sangat penting menjadi pertimbangan, seperti intelektualitas dalam berkomunikasi dan penampilan yang beretika dalam meningkatkan pelayanan, karena hal ini akan bermuara terhadap citra Bank Indonesia.

Sebagai cerminan suatu lembaga, penambahan kualitas SDM Satpam menjadi suatu keharusan, seiring dengan meningkatnya modus kriminal. Seorang pengamanan harus cerdas dan pandai menggunakan serta mengelola peralatan pengamanan yang canggih, seperti Electric Security System ( ESS ). Oleh karenanya, sebagai Satuan Pengamanan harus siap ditugaskan dimana saja, baik depan, tengah dan belakang pada suatu lembaga.

Untuk menambah kualitas SDM petugas Satuan Pengamanan, Biro Pengamanan bekerjasama dengan PT Tiga Mitra Bangsa menyelenggarakan pelatihan keprotokolan dengan materi yang dapat menunjang pengembangan pengamanan, diantaranya : The Power in You, Art of leadership, , Communication With Diplomacy to Serve Stakeholder, Be The Great Communicator Through Etiquette, Table Manners, dan The Art of Protocol. Didukung pemateri dan instruktur yang cukup handal dibidangnya yaitu Irma Hutabarat seorang pakar komunikasi, Hary Murdoko Widiyo pakar psikologi dan Marjadi  mantan Protokol Istana Negara.


Nana yakin bahwa keberhasilan tugas seorang pegawai selalu dimulai dengan kemampuan mengelola dirinya terlebih dahulu, ditambah lagi dengan pengetahuan, skill dan rasa percaya diri Satpam yang meningkat akan melunturkan stigma negatif terhadap satuan pengamanan. “Buktikan anda mampu dan dapat menjalankan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab. Maka Pimpinan, Pegawai Bank Indonesia dan stakeholder akan merasa segan dan bangga serta nyaman atas keberadaan anda”.

Dua Sisi Mata Uang
            Pada kesempatan yang sama, Marjadi salah satu Pemateri pelatihan, dari Keprotokolan Istana Negara menegaskan suatu proses keprotokolan tidak akan bisa berjalan efektif jika kondisi tidak aman. Sehingga keprotokolan dan pengamanan berjalan seiringan , layaknya  dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.”Protokol tidak jalan kalau kondisi tidak aman. Protokol dan keamanan berjalan seiring,”tegas Marjadi.


Tambah Marjadi, fungsi dan tugas protokol hampir sama dengan pengamanan, karena merupakan orang terdepan suatu lembaga. Koordinasi antara protokol dan satuan pengamanan merupakan suatu keharusan. Seperti dua sisi mata uang. Oleh karena itu dalam perencanaan acara pengamanan selalu harus dilibatkan. Unsur pengamanan harus terintegrasi dalam proses manajemen keprotokolan. Marjadi mengingatkan, antara pengamanan dan protokol tidak boleh berjalan sendiri-sendiri, harus bisa mem back up satu sama lain. “Seorang pengamanan yang memiliki ilmu keprotokolan akan lebih fleksibel dan menjadi andalan suatu lembaga di garda terdepan“.

Sependapat dengan Marjadi, Suharjo Nasution, Pejabat dilingkungan Biro Pengamanan Bank Indonesia yang menutup pelatihan dimaksud, mengatakan seorang protokol tidak bisa mengambil alih tugas pengamanan , tapi petugas pengamanan akan mudah menyesuaikan diri masuk kedalam tugas keprotokolan. Antara protokol dan pengamanan berada di posisi yang sama, yaitu berada di garis depan. Suharjo yakin dengan pelatihan yang terarah intuisi dan kepekaan Satpam terhadap lingkungan kerja akan meningkat dan Satpam mempunyai pola pikir praktis dengan dasar kreatifitas yang positif melalui persepsi yang tepat dalam memandang sebuah kendala sehingga dapat mengarahkan sebuah konsep solusi sebagai tindakan nyata dan terukur. Selain itu pelatihan ini diselenggarakan agar menjadi solusi terbaik dalam membentuk seorang Satpam yang tegas, lugas dan humble.



Nasril M. Koto, salah satu peserta pelatihan yang terpilih menjadi peserta teraktif dalam memberikan pertanyaan yang konstruktif, merasa terbantu dengan adanya pelatihan tersebut. Dia mengakui, selama 30 tahun bekerja di Bank Indonesia sebagai Satpam, baru sekali ini dilakukan pelatihan soft skill keprotokolan yang diberikan untuk Satpam Kantor Pusat. “Selama ini saya mendapat pendidikan yang hanya terkait dengan ilmu kepolisian dan rescue saja, antara lain : Search and Rescue( SAR ), Resintel, Pemadam Kebakaran, Menembak, mudah mudahan kedepannya Satpam akan banyak dijejali dengan ilmu sejenis sehingga dalam melaksanakan tugas dilapangan menjadi lebih luwes dan akurat” katanya. Nasril berharap dengan pelatihan-pelatihan  soft skill yang sudah dilaksanakan, seorang Satpam Bank Indonesia akan lebih “pede” dalam melaksanakan tugasnya karena memahami kedudukan dan preseance jabatan para petinggi/pejabat negara maupun institusi lain untuk memberikan layanan terbaik serta mampu mendukung kegiatan keprotokolan Bank Indonesia dengan tetap berpegang teguh pada pagar-pagar batas keleluasan tugas pengamanan VIP dan stakeholder.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar