Ajang
17-an memang ajangnya teriak MERDEKA!!!
Terdengar
lagu-lagu kemerdekaan berkumandang disana-sini, upacara bendera di
sekolah-sekolah dan di kantor-kantor, tak lupa semua bangunan dihiasi ornament
merah putih. Namun seberapa ‘merdeka’ kah ‘merdeka’ itu?
Kemerdekaan
modern berbeda dengan kemerdekaan dimasa penjajahan. Pada masa penjajahan
Indonesia menuntut kemerdekaan yang berarti bebas dari jajahan. Merdeka yang
dilumuri darah dan serpihan tubuh dari para pejuang Indonesia. Sekarang ini,
kemerdekaan yang benar-benar merdeka itu sebenarnya adalah chaos..
Kemerdekaan
terhadap tirani, akan menimbulkan rusuh dan kerugian bagi masyarakat kecil. Memang
selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kemerdekaan, tetapi apakah
harganya harus sebesar itu? Kemerdekaan terhadap kebebasan berbicara dan
menyatakan pendapat, menimbulkan rusuh dan degradasi etika masyarakat sehingga
kadang pemimpin dikatakan bodoh, seperti kebo. Memang selalu ada harga yang
harus dibayar untuk sebuah kemerdekaan itu, tetapi apakah generasi muda kita
harus kehilangan moralnya dengan memperolok dan mempermalukan orang nomor satu
yang tentu saja lebih tua di negaranya sendiri? Ini menunjukkan bahwa, hal-hal
yang ‘benar’ jika dilakukan, tidak selalu ‘pantas’ untuk dilakukan.
Merdeka
yang sejati adalah Merdeka yang bertanggung jawab. Deputi KPw kami dulu, pernah
mengatakan bahwa kita telah dibayar mahal oleh Bank Indonesia. Dibandingkan
instansi lain kita dibayar dengan pantas, bahkan berlebih. Kita mendapatkan
bonus dan fasilitas-fasilitas yang wajib kita syukuri.Oleh sebab itu, ketika
lembaga ini membutuhkan kita, kita harus selalu siap meskipun harus lembur,
meskipun harus bekerja di hari libur.
Wow,
males sih ya….
Kalau
ada telepon dari kantor pada saat cuti, mungkin saya akan lebih memilih untuk
mematikan HP atau lebih ekstrem lagi, memasukkan HP kedalam kuah sop seperti
dalam iklan-iklan HP anti air (Namun karena sayang uang, saya tidak pernah
benar-benarmelakukannya).
Tapi
itu benar, tanpa menjadi munafik, jika kembali ke konsep Merdeka, tentu saya
akan menuntut hak saya untuk beristirahat di hari libur, menghabiskan waktu di
tempat-tempat wisata bersama keluarga pada saat cuti. Namun karena merdeka yang
harusnya kita anut adalah merdeka yang bertanggung jawab, maka kita punya
kewajiban yang besar bagi lembaga yang telah menghidupi kita selama ini.
Seandainya
bisa, karena kemerdekaan menyampaikan pendapat itu,setiap kali ditanya mengenai
tugas saya ingin menjawab:
Bos :
Mana bahan untuk rapat sore ini?
Saya : Hmm, kasih tau
gak ya?
Bos :
Loh, kamu ini gimana sih. Kan saya minta sebelum sore sudah harus jadi?
Saya : Oh, jadi gue
harus bilang WOW gitu?
Bos : Kok
kamu jawabnya seenaknya begitu?
Saya
: So? Masalah buat lo?
Bos
: %$&)@#$%^@................(lempar sepatu)
Kemerdekaan
seperti itu bisa membuat kita ditendang dari BI dan berakhir di jalanan sebagai
Bandar Togel.
Bekerjalah
sesuai gaji dan berikanlah lebih. Jika memang kita digaji untuk bekerja dan
terjaga semalaman, maka terjagalah. Jika memang kita digaji untuk bekerja
walaupun di hari libur, maka lakukanlah. Dan jika kamu dibayar untuk menerima
makian, maka terimalah dengan lapang dada, lalu belilah boneka voodoo
setelahnya (adegan berbahaya, jangan dilakukan tanpa bantuan instruktur).
Merdeka
yang sejati adalah merdeka yang bertanggung jawab. Saya teringat ketika sewaktu
kecil dan masih unyu-unyu, saya pernah mengikuti lomba 17-an, lomba mengisi air
kedalam botol. Pada saat itu saya sudah mengisi separuh dari isi botol saya.
Ketika melihat ke samping, botol teman saya ternyata sudah terisi lebih dari
separo. Karena terus memperhatikan botol musuh, saya akhirnya ketinggalan dan
kalah sehingga saya menjadi galau. Saya sempat terpikir untuk menyenggol botol
musuh tersebut, namun karena tubuh anak itu lebih besar dan lebih beringas,
niat itu saya batalkan.
Intinya
adalah, terkadang kita melihat orang lain, kita melihat contoh yang sudah pakem
dimasyarakat sehingga kita lupa kewajiban kita untuk melaksanakan pekerjaan
kita hingga selesai. Padahal kemerdekaan yang bertanggung jawab membutuhkan
tindakan yang dewasa.
Merdeka
yang sejati adalah merdeka yang bertanggung jawab.
Minggu
kemaren saya menonton Rumah Perubahan Rhenald Kasali. Diceritakan mengenai
beberapa mahasiswa yang berhasil berangkat keluar negeri dengan biaya sendiri, backpacker
ataupun menggunakan jasa tur. Mahasiswa-mahasiswa itu melihat banyak hal
yang baik maupun yang buruk di negara-negara asing tersebut, bahkan
mereka sempat tersesat dan melihat sisi tergelap dari negara itu, namun pada
akhirnya itu membuat mereka semakin rindu dan semakin cinta pada Negara mereka
sendiri, Indonesia.
Sungguh
luar biasa pemahaman generasi muda ini akan semangat nasionalisme. Saya, kalau
ditanya apakah saya mencintai Indonesia? Dengan tingkat kemiskinan, tingkat
korupsi, tingkat kejahatan yang semakin meningkat itu saya masih akan
mengatakan: “Saya sangat, sangat mencintai Indonesia!“. Dan saya ingin menjadi
bagian dari barisan yang akan membuat perubahan bagi Indonesia, to
make a change, to be the part of the change itself!
Itu
dimulai dari hal kecil, hal kecil yang menjadi bagian dalam kehidupan kita
sehari-hari. Bekerja jujur, tidak mengambil apa yang bukan hak kita, membeli
produk dalam negeri dan sering-seringlah menonton film BIMA. BIMA? Benar Bima,
ksatria Garuda, yang tayang di RCTI setiap pukul 08.30 WIB #promosi. Film Bima,
memang meniru Film Kamen Rider buatan Jepang, namun film BIMA membuktikan kita
juga bisa mengembangkan sebuah figur pemberantas kejahatan dalam negeri. Jangan
biasakan anak-anak kita mengidolakan Spiderman atau Superman. Cintailah produk
dalam negeri, tontonlah Bima. Berkat nonton Bima saya terinspirasi membela
kebenaran dengan menjitak anak tetangga sebelah yang suka nyolong mangga di
pohon depan rumah.
Benar bila dikatakan Negara kita masih korupsi, aparatur
pemerintahan kita masih berantakan, kejahatan dan kemiskinan dimana-mana, harga
BBM semakin melambung dan perekonomian semakin terpuruk, rakyat jauh dari
sejahtera, dan kita masih belum merdeka. Mudah untuk mencari kelemahan
Negara kita ini. Dari skala satu sampai sepuluh kita bisa menemukan seribu
alasan untuk membenci Negara ini. Tapi kalau semua orang hanya menunjukkan
letak kesalahan tanpa punya inisiatif untuk memperbaikinya, itu sama saja
bohong. Kita harus berbuat sesuatu! Apapun itu, walaupun kecil akan berdampak
besar. Talk is cheap, bicara itu gampang tapi untuk melaksanakannya lain
cerita.
Cintailah pekerjaan kita, cintailah rekan-rekan
kerja kita, cintailah lingkungan kerja kita dan akhirnya cintailah Negara kita.
Meskipun awalnya mungkin kita membenci suasana kerja kita, kita membenci
situasi politik Negara kita yang semakin berkecamuk, namun seperti pepatah
mengatakan “witing trisno jalaran soko kulino” artinya “rajin
pangkal pandai, hemat pangkal kaya,”#loh, loh?
Salah, artinya yang benar adalah ‘cinta karena berawal
dari kebiasaan,” maka kita pasti bisa mencintai lembaga yang telah lebih
dulu mencintai kita, dan juga tentu saja mencintai Negara kita ini, Indonesia!
Bohong kalau ada orang Indonesia yang mengatakan kalau
mereka lebih mencintai Paris, Amerika, Jepang atau Jerman hanya dalam sekali
atau dua kali, atau tiga atau empat kali liburan. Jika hampir sepanjang
hidupnya dihabiskan di Indonesia, after all these times, bagaimana
mungkin kita bisa tidak mencintai Negara kelahiran kita ini, seperti kata Joy
Enriquez dan Celine Dion dalam ost. Beauty and the Beast: “How Can I Not Love You?”
Witing trisno jalaran soko kulino,
cinta karena berawal dari kebiasaan.
Bagaimana mungkin kita bisa melupakan rawonnya, baksonya,
rendangnya, rica-ricanya, wayangnya, tari samannya, sepak sawutnya, suara
gendang dan kecapinya, semua hal dan semua orang yang pernah kita temui. Mereka
yang pernah kita cintai, semua orang yang juga pernah kita sakiti, semua yang
akan mengingatkan kita akan kayanya keanekaragaman budaya dan memberikan
kenangan mendalam selama kita berada di Negara ini. Jadi sekali
lagi, bagaimana bisa kita tidak
cinta pada Indonesia?
Merdeka sih boleh-boleh saja, tapi jangan lupakan
tanggung jawab kita pada lembaga kita, pada orang-orang disekitar kita dan pada
Negara kita. Cintailah pekerjaan kita, lembaga kita dan Negara kita ini.
Merdekalah, dan bertanggung jawablah…… Merdekaaa
cyinnnn!!!!!(Fetria Isai Saman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar