Senin, 12 Agustus 2013

Bencana Membawa Berkah

          Bagi masyarakat Yogyakarta, obyek wisata Lava Tour Gunung Merapi mungkin sudah dikenal dengan baik. Namun lain halnya bagi Pegawai BI Kantor Pusat yang berdomisili di Jakarta. Obyek wisata yang berada di lereng merapi ini tampaknya masih mengundang rasa penasaran yang begitu kuat.  Setidaknya hal inilah yang dirasakan Pegawai yang datang ke Merapi dalam rangka kegiatan Gathering pada tanggal 14 s.d 16 Juni 2013.



“Menikmati pemandangan Gunung Merapi, sungguh mempesona terutama dengan fasilitas kendaraan jeep yang cocok untuk melalui medan-medan terjal dan penuh bebatuan besar sisa erupsi Merapi. Kami menghabiskan waktu hampir 2 jam untuk wisata dengan jeep ini,” ucap Suzana (Direktur).  “Lihat di tv sama browsing di internet beda dan nggak puas, harus datang langsung seperti ini, jadi nggak penasaran,” ujar nya.



          Diawali dengan rasa sukacita yang tinggi, rombongan mulai melakukan touring dengan menggunakan sekitar 25 unit jeep. Wajah wajah ceria menghiasi setiap peserta, apalagi pada saat menelusuri lereng merapi jeep yang mereka tumpangi berjalan dengan zigzag dan sesekali supirnya melakukan atraksi, sehingga teriakan penumpangnya menggema diseantero bukit. Kondisi jalan selama perjalanan sungguh sangat mendebarkan khas jalanan off road, pasir sering ditemui dan tempat yang akan dituju pertama kali adalah Kali Opak. Driver Jeep haruslah orang yang sangat mengenal dengan baik medan perjalanan dan juga punya keahlian yang cukup tinggi untuk mengendalikan Jeep karena selain kontur jalan berpasir, nanjak serta berbatu, lebar jalan sempit sekali sehingga bila sedang berada di jalur yang dipakai 2 arah, maka harus ada yang mengalah.  



          Sesampainya di tempat parkir, sejauh mata memandang yang namanya pasir beserta partikel kecil lainnya selalu terlihat, ada juga pepohonan kering dan bekas rumah yang sebagian besar telah hangus kena hawa awan panas. Dipemberhentian kedua yang terdapat batu Alien, dari sana masih nampak jelas uap dari panasnya pasir yang sedang diambil oleh masyarakat. Panas lava tersebut masih ada padahal erupsi merapi terjadi pada bulan November 2010, kekuasaan Tuhan sangat besar dan tak ada tandingannya. Sungguh sangat memilukan membayangkan apa yang dialami masyarakat yang terkena musibah saat itu, panas dan abu pasti sangat menyiksa.



          Dari beberapa tempat, ada sebuah tempat yang menarik untuk dikunjungi. Tempat itu bernama Museum Sisa Hartaku. Adalah Mbah Wati, 65 tahun. Beliaulah yang memiliki areal rumah yang hancur diterjang ganasnya lahar panas dan wedus gembel pada erupsi 2010 lalu. Kedukaan kehilangan harta benda tak membuatnya larut dalam kedukaan. Hancurnya rumah tinggal justru memunculkan ide untuk menjadikan rumahnya sebagai sebuah harta berharga. Jadilah sebuah museum yang unik. Melalui kreatifitas mbah Wati, sisa-sisa erupsi disulap menjadi sebuah tempat yang menunjukkan kepada para pengunjung efek erupsi Merapi. Sisa-sisa keganasan erupsi ditata sedemikian rupa. Pengunjung dapat berkeliling dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri berbagai peninggalan yang masih berbentuk di rumah yang terletak di pinggir jalan itu.


          Bencana membawa berkah, ungkapan tepat untuk menggambarkan kondisi masyarakat Gunung Merapi sekarang. Setelah mengalami letusan hebat pada 2010, kini sisa-sisa letusannya menjadi daya tarik bagi wisatawan. 900 orang hampir setiap hari mengunjungi daerah ini, semua warga memanfaatkannya mulai dari ojek, sewa rumah, sewa jeep, warung kecil2an, cendera mata, kaos, foto foto erupsi, taoilet umum, sampai masker semuanya ada. Merapi saat ini sedang tenang dan tertidur pulas, semoga merapi nggak marah lagi, agar warga sekitarnya dapat bangkit kembali dan melupakan kisah erupsi tahun 2010.(sumber : blog tetangga)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar