Selasa, 20 Agustus 2013

Tahu Sumedang

          Dalam perjalanan menuju Bandung melalaui Puncak dan Cipanas, aku sempat singgah di Jalan Rajamandala Ciranjang-Cianjur, dimana terdapat 2 buah restoran yang menjajakan menu “tahu sumedang”. Dah lama banget nggak melewati jalur ini sejak adanya tol Cikampek sampai ke Cileunyi tahun 1992. Aku ingat dulu sebelum ada jalan tol, jalur ini adalah jalan favorit dari Jakarta menuju Bandung, karena disini banyak tersedia menu kuliner dari berbagai daerah. Walaupun jika ke bandung melalui Puncak dan Cianjur jalannya agak tersendat karena padatnya lalulintas, namun selama perjalanan banyak menemui hal hal yang sangat menarik. Selain pemandangan pegunungan yang cantik, liku liku menghadapi angkot yang banyak mengambil badan jalan kendaraan lain merupakan seni tersendiri, juga sekarang dah banyak sekali sepeda motor dan omprengan yang mengisi jalur ini.


          Tahu sumedang yang aromanya khas, sedikit asin, lembut isinya, dan agak renyah kulit tahunya. Enaknya disantap dalam keadaan panas dengan cabe rawit atau sambel kecap. Rasanya memang berbeda dengan tahu sumedang yang ada di Jakarta. Dalam hitungan menit aku sudah nyantap 20 buah, aku memang doyan banget makan tahu walau di masak menjadi bermacam macam menu. Mulai dari digoreng, disemur, dipepes dan sebagainya. Tahu selain harganya terjangkau rasanya juga nggak membosankan, semakin banyak dimakan semakin ingin lebih mencoba. Tahu Sumedang memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan tahu lainnya.


          Tau nggak asal usul tahu sumedang dari mana? Tahu sumedang Ini pertama kali dibuat tahun 1917 oleh imigran Cina di Sumedang bernama Ong Kino, Menurut Ong Yoe Kim (71), tokoh tahu Sumedang. Kata “Tahu” itu berasal dari China yakni “Tao Hu” yang maknanya Tao=Kacang, Hu=Lumat atau sebagian orang cina menyebut “Tahu” sebagai daging tak bertulang. Adapun Ong Kino adalah ayah kandung Ong Bun Keng, lelaki asal negeri China itu terinspirasi membuat tahu berbahan baku kedelai, karena kecintaan istrinya terhadap tahu. Sebagai “cikal bakal” tahu Sumedang, maka Ong Kino membuat tahunya dengan bahan baku kedelai lurik mirip telor puyuh. Kedelai itu merupakan jenis kedelai langka untuk ukuran sekarang. 


          Awalnya tahu yang dibuat itu berukuran besar dan tebal. Lalu disiasatilah oleh Ong Kino dengan cara membagi tahu itu menjadi empat bagian supaya ukurannya tak terlalu besar. Selanjutnya Ong Kino memberi garam ke potongan tahu yang sudah berbentuk persegi itu. Senada yang dikemukakan Ong Ce Ciang yang lebih suka dipanggil Suryadi (42), cucu dari Ong Bunkeng. “Tadinya mencoba mengolah Tahu itu untuk konsumsi keluarga sehari-hari, tapi karena banyak teman-teman kakeknya yang datang kerumah dan sering mencicipi tahu buatannya, maka dibuatlah yang banyak sambil terpikir kenapa nggak di jual aja ke masyarakat luas. Tahu buatan Ong Kino dan diteruskan oleh Ong Bungkeng itu merupakan cikal bakal harumnya nama tahu Sumedang. Dan saat ini gerai tahu sumedang dah ada dimana-mana, mulai dari jawa, sumatera, di Kalimantan-pun ada. (diambil dari berbagai sumber)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar