Kamis, 15 Agustus 2013

Ternate

          Berkunjung kedaerah Indonesia bagian timur, adalah perjalanan yang sangat menyenangkan, keaslian alamnya sangat terasa, karena didaerah tersebut alam belum banyak tersentuh. Aliran sungai yang jernih sangat mendukung warna air laut yang turun dari surga, kicauan burung liar membahana mengiringi suara angin mencapai daun telinga. Indahnya Ternate adalah salah satu dari kondisi alam yang wajib dinikmati. Ada apa di Ternate, ini sebagian aku ceritakan sebagai rasa syukur pada Ilahi.


          Danau ini terdiri dari dua buah danau. Orang setempat menyebutnya, Danau Tolire. Danau air tawar ini bentuknya menyerupai loyang raksasa. Aku tahu dari orang sekitar, menurut leluhur mereka kedalaman danau ini berkilo-kilo meter dan terhubung langsung dengan laut. Tapi kebenarannya juga belum terungkap. Katanya jika kita melempar benda ke danau tersebut sekeras apapun benda tersebut tak akan pernah menyentuh permukaan danau. Namun akibatnya disekeliling danau dijual batu kerikil khusus untuk dilempar kedalam danau. Benar saja, nggak ada satu batu-pun yang berhasil menyentuh permukaan danau. Batu yang dilempar seperti ditahan oleh kekuatan gravitasi tertentu. Menurut penduduk setempat kekuatan Buaya Putihlah yang menahan batu2 tersebut agar tidak mengenai permukaan danau.


          Gunung Gamalama, yang juga kerap disebut sebagai puncak Ternate, merupakan sebuah stratovolcano, yakni gunung berapi yang tinggi dan mengerucut, yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Gunung yang berdiameter 11 km ini, memiliki kawah ganda. Gunung Gamalama, juga merupakan salah satu gunung api di Indonesia yang masih aktif. Pada masyarakat Ternate sendiri, terdapat sebuah ritual mengelilingi Gunung Gamalama. Dalam ritual bernama Kololi Kie ini, masyarakat mengelilingi Gunung Gamalama, seraya memanjatkan doa untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan. Selain itu, Kololi Kie juga merupakan upacara penghormatan terhadap para leluhur Ternate. Kololi Kie sendiri, diadakan sekali dalam setahun, setiap bulan April.


          Sebelum mendaki pun, sebisa mungkin untuk berdoa, agar tidak mengalami halangan dalam perjalanan. Meski terkesan berbahaya, namun Gunung Gamalama menyimpan pesona kecantikan yang luar biasa. Tak heran jika banyak para penjelajah alam tertarik untuk mendaki gunung ini. Hamparan kebun cengkeh dan pala, akan menemani para pendaki selama perjalanan menuju puncak. Begitu sampai di puncak, pendaki dapat melihat landscape Pulau Ternate. Tak hanya itu, beberapa pulau lainnya, seperti Pulau Tidore, Pulau Halmahera, dan Pulau Maitara juga dapat terlihat. Dikaki Gunung gamalama ini juga terdapat batu angus atau batu hitam, yaitu bekas lahar panas yang sudah mengering menjadi batu, ketika gunung ini meletus dahulu kala.


          Pantai Sulamadaha meski tak berpasir putih, namun memiliki pesona tersendiri. Pantai ini berhadapan langsung dengan Pulau Hiri, yang memiliki bukit hijau. Kendati berpasir hitam dan tidak berpanorama sunset, namun banyak wisatawan yang mencumbuinya. Setiap hari ada saja warga Ternate dan sekitarnya yang berekreasi di sana, terlebih pada akhir pekan dan liburan Hari Raya. Biasanya yang datang keluarga beserta anak-anak dan tak sedikit pasangan muda-mudi. Di sudut lain, tepatnya di deretan warung sederhana baratapkan daun kelapa. Banyak pengunjung duduk-duduk santai sambil menikmati es kelapa muda dan aneka jajajan. Pada hari biasa, tak banyak pedagang warung yang berjualan di dekat pantai ini. Namun pada akhir pekan dan liburan, warung yang buka lebih ramai lantaran pengunjungnya pun lebih banyak. Dan dipantai ini banyak wisatawan yang ber-snorkling melongok keindahan dalam laut yang dihuni karang dan ikan ikan yang fantastis.



          Papeda, popeda atau pupeda adalah makanan Khas Maluku Utara boleh juga dibilang bubur sagu. Sepintas tampak seperti bubur sumsum biasa, warnanya putih hampir bening, dan teksturnya lengket seperti bubur. Papeda ini biasa dimakan bersama dengan gulai atau sup ikan. Rasa popeda sendiri tawar, tapi akan jadi terasa nikmat dengan diberi kuah gulai atau sup ikan.


          Masyarakat Ternate biasanya makan Papeda dengan tangan, bukan dengan bantuan sendok seperti makan bubur pada umumnya. Uniknya, Papeda ini harus dimakan saat baru matang, atau dalam keadaan panas. Kalau sudah dingin, tekstur papeda akan menjadi liat, seperti lem kanji. Papeda umumnya disantap dengan ikan kuah soru. Soru berarti asam. Kuahnya bening, dengan rasa asam-pedas, serta aroma asap dari ikan asar. Di belakang Pasar Gamalama, ada beberapa warung papeda yang populer bagi warga Ternate. Di warung-warung itu selain kuah soru, juga tersedia berbagai lauk-pauk dan sayur lilin, ikan bakar, fofoki kuah santan, sayur garo (tumis kangkung dan bunga pepaya), yang disediakan di meja. Begitu juga papeda dan kasbi (singkong rebus), ubi rebus, dan pisang rebus semuanya disediakan di meja. Para tamu makan buffet style, dan membayar Rp 25 ribu per mulut - sekenyangnya.


          Air Goraka, yang ternyata sama dengan Bandrek kalo di Bandung. Campuran Air Jahe dan gula kelapa yang disajikan dengan serutan kelapa muda. Rasanya ya juga sama aja dengan bandrek. Dengan bahan jahe, gula aren, buah kenari minuman ini terasa segar dan hangat. Jahe yang dihaluskan itu dicampur air gula aren dan pandan wangi. Setelah dimasak selama satu jam agar aroma wanginya benar-benar tercium. Minuman sudah siap dihidangkan dengan ditaburi buah kenari, tentunya dalam keadaan panas atau hangat. Minuman ini Lebih asyik lagi bila ditemani pisang sepatu dan kasbi goreng atau rebus yang di makannya berteman dengan sambel. Hangatnya goraka terasa lebih nikmat ketika diteguk saat sore menjelang senja ketika angin laut bertiup sepoi-sepoi, udara mulai teduh, dan perahu nelayan pulang melintasi dua gunung yang ada di depan mata.


          Kedatangan Bangsa Eropa dimulai oleh Bangsa Portugis pada awal abad ke-16, karena mereka terpikat dengan kekayaan Rempah-rempah yang terdapat di Ternate, pada mulanya untuk kepentingan Dagang. Upaya untuk mencapai tujuannya, Portugis memanfaatkan persaingan yang terjadi di Maluku Utara, yaitu Ternate Tengah bersaing dengan Tidore yang bersekutu dengan Bangsa Spanyol. Portugis segera menggunakan kesempatan tersebut dengan cara membantu Ternate, tentu kehadiran Bangsa Portugis mendapatkan simpati dari Rakyat Ternate, terlebih lagi Rakyat Ternate mengira bahwa Portugis merupakan bangsa pedagang yang akan berperang menaikan harga Rempah-rempah oleh karena itu Portugis diijinkan oleh Sultan Ternate mendirikan Benteng-benteng di Ternate salah satunya adalah Benteng Toluko yang nama aslinya Santo Lucas yang dibangun Tahun 1512 oleh Fransisco Seraow.


          Ada juga Masjid Sultan Ternate, bukan hanya kaum hawa yang dilarang masuk Masjid Sultan, para jamaah laki-laki yang memakai sarung juga dilarang masuk masjid yang dibangun tahun 1486 Masehi itu.  Pada setiap waktu salat, akan ada Balakusu (penjaga mesjid) yang berjaga. Mereka akan mengawasi setiap orang yang masuk masjid. Jika ada jamaah yang memakai sarung, maka akan disuruh mengganti dengan celana panjang, atau menyarankan agar shalat di masjid lain saja. Mereka yang datang salat di Masjid Sultan harus menyiapkan jiwa raganya menghadap Allah SWT. Larangan masuk ke masjid, kata dia, juga berlaku untuk jamaah yang tidak memakai tutup kepala atau kopiah. Namun, takmir masjid telah menyiapkan puluhan kopiah dengan berbagai ukuran untuk dipinjamkan bagi jamaah yang tidak membawa kopiah.


          Semua ketentuan tersebut, tidak hanya berlaku bagi masyarakat umum saja. Bahkan, Sultan Ternate dan anggota keluarganya juga wajib mematuhi segala aturan tersebut. Karena itu, jangan berharap para Boki (permaisuri sultan) akan pernah datang salat di masjid Sultan Ternate. Satu hal unik lain bisa ditemui saat salat Jumat di masjid Sultan Ternate. Sebelum salat Jumat dimulai, akan ada empat muadzin yang secara serempak mengumandangkan adzan sebagai panggilan waktu shalat. Ini sebagai tanda adanya keterkaitan empat kerajaan besar yang ada di Maluku Utara yang masih memiliki kaitan persaudaraan kental yang dikenal dengan sebutan Moloku Kie Raha. Dalam menjalankan tugasnya, Jou Kalem (imam masjid) dibantu lima imam, yakni Imam Jiko, Imam Jawa, Imam Sangadji, Imam Moti, dan Imam Bangsa


          Di Ternate ada juga Masjid Al Munawar tergolong masih baru karena diresmikan tahun 2010 oleh Menteri Agama. Masjid hijau ini adalah masjid modern yang berada diantara masjid masjid tua dikota Ternate, Masjid ini terletak di pantai reklamasi dan bersentuhan langsung dengan laut, bahkan dua menaranya tertancap di laut. Bila kita akan mendarat di bandara, masjid ini terlihat dari pesawat. Ruang dalam sangat nyaman dan sejuk dengan hembusan angin laut. Kapasitas yang cukup banyak menampung jemaah, hingga setiap sholat jum’at dilakukan hampir semua masyarakat segala penjuru Ternate tumpah ruah di Masjid ini.


          Semoga kuliner dan keindahan alam ternate serta semua isinya selalu mengingatkan kita dan memuji nama Allah SWT sebagai pencipta dengan segala kebesaranNya. Sekali lagi ”Subhallah”.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar