Kamis, 01 Agustus 2013

Bubur Ayam Mas kadir

            Jam 6.30 pagi aku dah sampe di depan rumah Jalan Kebun Sirih II No 17 Jakarta Pusat atau yang lebih dikenal dengan Kampung Bali, disitulah letak Mas Kadir menjajakan buburnya menggunakan gerobak “ Bubur Ayam Mas Kadir”. Buat sebagian orang sudah sampai pagi pagi di Kampung Bali, seperti aku, mencari pengisi perut adalah hal yang pertama kali dilakukan. Banyak penjual makanan yang top-markotop di sekitar Kampung Bali, namun belum ada yang mengalahkan enaknya bubur ayam “Mas Kadir”.



            Menggunakan motor setiap hari kekantor, sebelumnya aku menemui gerobak dorong yang dipenuhi oleh bungkusan krupuk di bagian atasnya. Nggak cuma itu, gerobak dorong itupun nyaris nggak keliatan karena dikerumuni orang-orang yang berniat membeli. Dengan harga Rp 8.000, ditambah Rp 1.000 pertusuk ati, ampela, dan usus, serta telur setengah mateng empat orang bersaudara penjual bubur ayam ini nggak henti-hentinya meracik bubur. Yang makan silih berganti datang, kebayakan orang kantoran. Sudah hampir setahun aku menjadi pelanggan setia bubur ayam ini dan nggak pernah aku liat penjualnya menganggur. Terus bekerja mencampurkan suiran ayam, kerupuk, bawang, kacang, sambal, dan lain-lain ke atas bubur yang panas.



            Aku merupakan pelanggan tetap, sehingga cukup memastikan kontak mata dengan salah satu crew-nya, dan menunjukkan  angka satu maka aku-pun bisa duduk tenang menunggu pesanan datang. Satu porsi bubur ayam hadir dalam ukuran yang sangat mengenyangkan. Nggak terlihat bubur panas  karena tertutup oleh suiran ayam goreng, potongan cakue, kacang kedelai goreng, bawang goreng, daun seledri, kerupuk, emping, ati ampela. Buburnya gurih, namun yang membuat luar biasa adalah taburan yang jauh lebih banyak dari buburnya itu sendiri. dan paduannya terasa pas di lidah. ditambah teh tawar untuk mengakhiri sarapan pagiku, tepat Rp 12.000 kuhabiskan untuk memulai hari ini dengan energi berlipat.(sumber : blog tetangga)
Ad


Tidak ada komentar:

Posting Komentar