Minggu, 04 Agustus 2013

Burung dan Cacing

          Kisah ini berawal dari suatu hutan yang sangat terjaga akan keperawanan warna – warna hutannya dari tangan – tangan Manusia yang tidak bertanggung jawab. Dengan berbagai kicauan Burung dan sedikit tembusnya sinar matahari yang begitu lembut untuk bisa menembus lubang Cacing yang ada di tanah. Pada suatu keadaan, Induk Burung terlihat di antara dahan – dahan besar pohon yang ada, dengan beberapa spesies binatang lainnya. Tampak satu rumah yang begitu indah dan suasana kekeluargaan terdapat pada satu sarang burung di satu pohon dengan umur yang paling tua. “cit … cit … cit …” , begitu suara yang terdengar dari balik sarang burung di atas sana., dan ternyata terdapat seekor anak burung remaja beranjak dewasa dengan sayap kecil bentangannya siap untuk terbang.

          Suatu waktu, anak burung ini dengan gagah dan beraninya mencoba kembali terbang, apa yang didapat? burung itu tak bisa terbang. Konon dulu ceritanya burung ini pada saat masih kecil, pernah mengalami kecelakaan, yaitu jatuh dari sarangnya dan menyebabkan struktur sayapnya sedikit ganjil atau cacat. Di saat burung itu kembali mengumpulkan keberaniaannya untuk kesekian kalinya, nggak ada lagi Induk Burung yang bisa menjadi pembimbing untuk dia belajar terbang karena telah lama ditinggal mati Induknya. Kemudian, setelah keberaniannya terkumpul burung ini pun kembali melompat, dan kembali terjatuh ke tanah, putus asa dan tak ada lagi semangat, mungkin itu yang dirasakan sang burung pada waktu itu, karena dia merasa gagal setelah mencobanya berkali – kali.

          Satu kejadian, disaat sang burung ini masih tersungkur lemas di tanah tadi, dari dalam tanah muncul membentuk sedikit tumpukan dan terbukalah sebuah lubang dan muncul seekor cacing, cacing ini pun kurang lebih sama nasib keluarganya dengan sang burung, dia tinggal sendiri menyusuri berbagai tanah hingga menjadi gembur. “Ada apa Burung, Kelihatannnya engkau tampak murung?” tanya Cacing. “Semenjak kecil Saya tidak bisa terbang cacing, dan itu disebabkan karena kecelakaan yang saya alami waktu kecil, hingga sekarang dan detik ini saya telah berusaha semampu saya, tapi tak ada hasil, tak ada gunanya juga saya ada di hutan yang indah ini” ujar burung kepada cacing. “So Simple, itu tak sesusah yang kau bayangkan burung, kenapa kau tak mencobanya dari dahan yang lebih tinggi dari dahan sebelumnya yang biasa kau naiki untuk berlatih terbang, dengan demikian waktu untuk menangkap angin ke sayap akan lebih banyak waktunya dan mungkin akan bisa terbang, tetap semangat dan jangan menyerah burung!” cacing memberi saran pada burung.



          Kemudian burung yang sudah mulai kehilangan akal dan semangat, kembali menaiki pohon paling tua di hutan itu tentunya dengan dahan yang lebih tinggi sebelumnya. Dan apa yang terjadi, burung itu melompat dengan kepakan sayap penuh semangat dan kencang, akhirnya sang burung pun bisa terbang dengan bebas dan cerianya, cacingpun melihatnya dari bawah dengan suasana yang tak kalah gembira juga tentunya. Beberapa menit kemudian, burung itu pun turun dan menghampiri cacing dan berkata “Cacing! Aku bisa terbang! Terima kasih...!” dengan mata burung yang besar dan begitu gembiranya Ia berterimakasih kepada Cacing.


          “Cacing! Saya mau tanya, kenapa kamu mau menolong ku, memberi semangat dan memberi solusi mengenai masalahku, padahal keluarga kami sering kali memangsa keluargamu?” tanya burung heran. “Buat apa saya membiarkan seekor burung terbaring lemas tanpa semangat, sementara saya begitu semangat membuat tanah hutan ini menjadi gembur, jadi tak masalah kan? Biarlah semua berjalan seperti apa adanya. Hukum rimba tetap hukum rimba tapi bagiku Engkau adalah teman yang selalu jatuh dari dahan pohon. Haahhaaa …..” ujar Cacing dengan santainya sembari bercanda. “Terimakasih untuk kesekian kalinya, Cacing! engkau memang temanku.” tegas burung. Ternyata kegiatan burung sejak kecil yang selalu penuh semangat untuk berlatih dan selalu terjatuh telah disaksikan oleh cacing kecil yang kini bisa memberi semangat kembali ke burung. Kini burung dan cacing dewasa menjadi teman yang mungkin tidak akan terpecahkan misterinya oleh hukum rimba yang ada. (sumber : blog Lucky Dimas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar