Selasa, 13 Agustus 2013

Harus Sabar dan Telaten

          Sebagai seorang Gubernur Bank Indonesia wajar bila Pak Darmin Nasution fasih bicara mengenai ekonomi dan moneter. Sebagai penyuka anggrek dan punya kegemaran memelihara anggrek beliau sudah khatam berbicara tentang bunga yang perawatannya nggak mudah itu. "Kau tahu tidak, anggrek di Papua itu bunganya keriting semua. Sedangkan di Kalimantan, Jawa, dan Sumatra, yang keriting bisa dihitung dengan jari," ujarnya. Begitulah yang terucap mengawali pembicaraan mengenai bunga anggrek dengan Pak Darmin Nasution saat melakukan kunjungan kerja ke KPwBI Provinsi Kaltim dan KPwBI Balikpapan.



          Agak aneh dan sedikit unik ketika mengetahui Pak Darmin menyenangi anggrek. Ya itulah adanya, sekuntum anggrek tak sekadar bunga. Pak Darmin mengaku telah lama menekuni hobi tersebut. Tentang mengapa menggemari merawat tanaman ketimbang hobi-hobi menantang lain, setengah berkelakar Pak Darmin menyebut hal itu tak lepas dari kecenderungannya sebagai orang rumahan. ”Tadinya saya sempat memelihara ikan dan burung. Tapi pengalaman menunjukkan, memelihara burung itu kalau kelupaan merawat bisa mati” katanya. ”Nah kalau anggrek kan tidak. Kalau lupa paling ya agak sengsara dan merana sedikitlah. Karena itu saya akhirnya punya hobi menanam anggrek”.



          Sebagai seorang hobiis anggrek, hampir setiap melakukan kunjungan kerjanya kedaerah, setelah tugasnya selesai anggrek adalah prioritas utama untuk dilihat. Apalagi disuatu daerah yang memiliki anggrek langka. Semakin susah anggrek tersebut dirawat maka semakin tertantang dia untuk mencarinya. Beberapa waktu lalu saat di Balikpapan, Pak Darmin singgah di Rumah Bungga Carissa. Disana terdapat berbagai jenis anggrek, mulai dari yang langka dan yang umum dipelihara orang. Anehnya Pak Darmin tahu semua nama anggrek yang ada, kalau kita bicara mengenai anggrek pada Pak Darmin, kita harus faham dan menguasai bukan sekedar senang dengan anggrek. Karena pengetahuannya terhadap anggrek sangat dalam sekali, bagaikan kamus berjalan. Mulai dari media tanam sampai ke butuhan matahari dan kadar air, beliau hapal persen-persenannya.



          Di Loa Janan-Samarinda Pak Darmin mampir ke UPTD Balai Benih Induk Holtikultura, yang juga menyiapkan benih anggrek. Ditempat tersebut Beliau didampingi oleh H.Ibrahim, Kepala SKPD Pertanian Provinsi Kalimantan Timur. Pengetahuannya mengenai anggrek hitam sungguh sangat menakjubkan, beliau dapat menjelaskan bahwa “Anggrek hitam adalah salah satu spesies anggrek yang dilindungi di Indonesia karena terancam kepunahan di habitat aslinya. Anggrek hitam merupakan maskot propinsi Kalimantan Timur. Populasi anggrek hitam di habitat asli semakin langka karena menyusutnya luas hutan dan perburuan untuk dijual kepada para kolektor anggrek. Anggrek hitam, sebagaimana namanya, mempunyai ciri khas pada bunganya yang memiliki lidah berwarna hitam. Anggrek langka ini dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Black Orchid”. Sedangkan di Kalimantan Timur, Anggrek Hitam mempunyai nama lokal “Kersik Luai”. Ciri khas anggrek hitam yang membedakan dengan jenis anggrek lainnya adalah mengeluarkan bau semerbak. Biasanya tanaman itu mekar pada bulan Maret sampai Juni”.



          Kecintaannya terhadap bunga anggrek sudah dijalaninya lebih dari 20 tahun. Ia suka anggrek, karena merawatnya perlu ketelatenan. Juga, karena anggrek merupakan tanaman yang umurnya tidak terbatas. Pak Darmin merawat anggrek secara otodidak dengan cara belajar dari membaca buku. Menunggu untuk beberapa waktu mulai dari nggak ada bunga sampai bunga itu muncul adalah suatu tantangan, butuh kesabaran. "Sepanjang kita urusi, dan kalau tumbuh menjadi besar bisa lama lagi umurnya, bunganya menarik dan bagus. Mendingan ngurusin anggrek daripada main golf. Rugi rasanya bangun subuh cuma buat buat main golf" tuturnya.



          Dari kegemarannya itu, koleksi tanaman anggrek miliknya cukup banyak meski dia enggan menyebut jumlah pastinya. Uniknya sebagian besar anggrek itu merupakan spesies Dendrobium. Anggrek Dendrobium merupakan jenis anggrek yang paling banyak dibudidayakan khususnya di Thailand. Selain mempunyai kombinasi warna paling banyak variasinya, Dendrobium yang termasuk dalam kelompok anggrek epifit ini juga tahan terhadap kekurangan air. Biarpun tumbuh menyebar di hutan tropis Indonesia, anggrek Dendrobium dari Papua merupakan favorit Pak Darmin. Bukan sekadar tentang kesabaran dan kontinuitas. Merawat anggrek ternyata juga memberikan arti lain bagi Pak Darmin, dia mengungkapkan merawat anggrek mengharuskan dirinya banyak berinteraksi dengan matahari. “Ya namanya orang kantoran, setiap hari jarang kena matahari. Nah kalau merawat anggrek itu kita jadi kena matahari. Wong anggrek saja perlu matahari, masak kita nggak?” celetuk sosok bersahaja dan humoris ini. ”Dendrobium yang bisa setiap saat dipandangi dan diamati proses pembungaan dari kuncup sampai mekar sempurna. Sayang, tanpa perawatan tepat, yang terjadi malah dendrobium enggan berbunga, tanaman sakit, atau kurus” katanya.

          Ketika ditanya lebih susah mana mengurus anggrek dengan mengurus Bank Indonesia, Pak Darmin tertawa terbahak-bahak. Tapi diujung pembicarannya dia memberi tahu bahwa ngurus anggrek dengan ngurus Bank Indonesia itu sama, yaitu ”Harus sabar dan telaten...!”






Tidak ada komentar:

Posting Komentar